MODUL 2
KETERBAGIAN BILANGAN BULAT
Gatot Muhsetyo
Pendahuluan
Dalam modul Keterbagian Bilangan Bulat ini diuraikan tentang
sifat-sifat dasar keterbagian, algoritma pembagian, konsep-konsep dasar factor
persekutuan terbesar (fpb) dan kelapatan pesekutuan terkecil (kpk) dan
penerapannya, algoritma Euclides, serta keprimaan.
Keterbagian (divisibility) merupakan
bahan dasar dalam uraian lebih lanjut tentang pembahasan teori bilangan.
Setelah pembahasan tentang fpb dan kpk, sifat-sifat dasar keterbagian dapat
diperluas menjadi lebih lengkap dan mendalam. Demikian pula pembahasan tentang
fpb dan kpk beserta sifat-sifatnya dapat lebih dikembangkan dan dikaitkan
dengan keterbagian. Penerapan algoritma Euclides dalam pembahasan fpb dan kpk
merupakan bahan yang memberikan peluang kemudahan untuk mencari fpb dan kpk dari
bilangan-bilangan yang relative besar, dan untuk menyatakan suatu fpb sebagai
kombinasi linier dari bilangan-bilangan komponennya.
Secara keseluruhan, materi pokok dalam
modul ini meliputi keterbagian, fpb dan kpk, dan keprimaan. Keterkaitan antara ketiga
materi pokok menjadi lebih jelas setelah berbagai kasus dipaparkan dan
diselesaikan melalui contoh, tugas, latihan, dan tes formatif.
Kompetensi Umum
Kompetensi Umum dalam mempelajari modul
ini adalah mahasiswa mampu memahami konsep dan sifat keterbagian, fpb dan kpk,
keprimaan, dan keterkaitan antara ketiga topic pokok.
Kompetensi Khusus
Kompetensi Khusus dalam mempelajari
modul ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan konsep keterbagian dan
sifat-sifatnya, konsep fpb dan kpk serta sifat-sifatnya, konsep keprimaan dan
sifat-sifatnya, serta keterkaitan satu sama lain untuk menyelesaikan
masalah-masalah tertentu
Susunan Kegiatan Belajar
Modul 2 ini terdiri dari dua Kegiatan Belajar. Kegiatan Belajar
pertama adalah Keterbagian Bilangan Bulat, dan Kegiatan Belajar kedua adalah
FPB dan KPK. Setiap kegiatan belajar memuat Uraian, Contoh, Tugas dan Latihan,
Rambu-Rambu Jawaban Tugas dan Latihan, Rangkuman, dan Tes Formatif. Pada bagian
akhir modul 2 ini ditempatkan
Rambu-Rambu Jawaban Tes Formatif 1 dan Tes Formatif 2.
Petunjuk Belajar
1. Bacalah
Uraian dan Contoh dengan cermat dan berulang-ulang sehingga Anda benar-
benar memahami dan menguasai materi
pembahasan.
2. Kerjakan
Tugas dan Latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam kasus atau
ta-
hapan tertentu Anda mengalami kesulitan
menjawab, maka pelajarilah Rambu-Ram-
bu Jawaban Tugas dan Latihan. Jika langkah
ini belum berhasil menjawab permasa-
lahan, maka mintalah bantuan tutor Anda,
atau orang lain yang lebih tahu.
3. Kerjakan Tes Formatif secara mandiri,
dan periksalah Tingkat
Penguasaan Anda
dengan cara mencocokkan jawaban Anda dengan
Rambu-Rambu Jawaban Tes For-
matif. Ulangilah pengerjaan Tes Formatif
sampai Anda benar-benar merasa mampu
mengerjakan semua soal dengan benar.
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP DASAR KETERBAGIAN
Uraian
Pembagian
bilangan bulat merupakan bahan pelajaran matematika yang sudah diberikan di
sekolah dasar. Bahan pelajaran ini diperluas penggunaannya sampai pada
pemfaktoran prima, faktor persekutuan terbesar (FPB), kelipatan persekutuan
terkecil (KPK), dan keterbagian oleh bilangan tertentu (misalnya keterbagian
oleh 2,3, atau 9). Untuk memberikan dasar atau landasan yang lebih kuat kepada
guru matematika di sekolah, maka mereka perlu belajar lebih mendalam tentang
konsep-konsep dasar keterbagian.
Keterbagian
(divisibility) merupakan dasar pengembangan teori bilangan, sehingga
konsep-konsep keterbagian akan banyak digunakan di dalam sebagian besar uraian
atau penjelasan matematis tentang pembuktian teorema.
Jika
suatu bilangan bulat dibagi oleh suatu bilangan bulat yang lain, maka hasil
baginya adalah suatu bilangan bulat atau suatu bilangan yang tidak bulat,
misalnya, jika 40 dibagi 8, maka hasil baginya adalah bilangan bulat 8; tetapi
jika 40 dibagi 16, maka hasil baginya adalah 2,5. Keadaan inilah yang
memberikan gagasan tentang perlunya definisi keterbagian.
Definisi 2.1
Suatu
bilangan bulat q habis dibagi oleh suatu bilangan bulat p ≠ 0 jika ada suatu
bilangan bulat x sehingga q = px
Notasi
p | q dibaca p membagi q, p faktor dari q, q habis dibagi p, atau q
kelipatan dari p
p Q q dibaca p tidak membagi q, p bukan faktor dari q, q tidak habis
dibagi p, atau q bukan kelipatan dari p
Contoh 2.1
a.
6 | 18 sebab ada bilangan bulat 3 sehingga 18 = 6.3
b.
12 Q 15 sebab tidak ada
bilangan bulat x sehingga 15 = 12.x
c.
5 | -30 sebab ada bilangan bulat -6 sehingga -30 = 5.(-6)
d.
-4 | 20 sebab ada bilangan bulat 5 sehingga 20 = (-4).5
Berdasarkan
definisi 2.1 diatas jelas bahwa faktor-faktor suatu bilangan bisa merupakan
bilangan bulat positif atau merupakan bilangan bulat negatif. Dengan demikian,
faktor-faktor dari:
6, adalah 1, -1, 2, -2, 3, -3, 6, dan -6
15, adalah 1, -1, 3, -3, 5, -5, 15, dan -15
Beberapa
sifat sederhana keterbagian adalah :
1.
1 | p untuk
setiap p Î
Z
2.
p | 0 untuk
setiap p Î
Z dan p ≠ 0
3.
p | p untuk
setiap p Î
Z dan p ≠ 0
4.
Jika p | q, maka kemungkinan hubungan antara p dan q
adalah p < q, p = q, atau p >
q (misalnya 3 | 6, 3 | 3, atau 3 | -3)
Teorema 2.1
Jika p, q Î Z dan p | q,
maka p | qr untuk semua r Î Z
Bukti:
Diketahui bahwa p | q,
maka menurut definisi 2.1, ada suatu xÎZ sehingga q = px
q = px berarti qr = pxr, atau qr = p(x.r) dengan xr Î Z
(sebab x Î
Z dan r Î
Z)
Sesuai dengan definisi 2.1, karena qr = p(xr) maka p | qr
Teorema 2.2
Jika p , q, r Î Z, p | q, dan q | r , maka p | r
Bukti:
Diketahui p | q dan q | r, maka menurut definisi 2.1, tentu
ada x, y Î
Z sehingga q = px dan r = qy,
r = qy dan q = px, maka r = (px)y
atau r = p (xy) dengan x, yÎZ
Sesuai dengan definisi 2.1, karena r = p(xy), maka p | r
Teorema 2.3
Jika p, q Î Z, p | q dan q | p, maka p =
q

Bukti:
Diketahui p | q dan q | p maka menurut definisi 2.1,
terdapat x,y Î
Z sehingga
p = qx dan q = py.
Jadi: p = (py)x = p(yx) = (xy) = (xy)p, atau 1.p = (xy) p,
sehingga xy = 1
Dengan demikian, karena x,y Î Z dan xy = 1, maka
diperoleh x = -1 = y atau
x = 1 = y
Jika x = -1 = y, maka p = -q
Jika x = 1 = y, maka p = q
Teorema 2.4
Jika p, q, r Î Z, p | q dan p | r, maka p | q + r
Bukti:
Karena p | q dan p | r, maka menurut definisi 2.1, ada x,y Î Z
sehingga q = px dan r = py.
Dengan demikian q + r = px + py = p(x + y)
Kerena x,yÎZ, maka sesuai dengan sifat tertutup penjumlahan
bilangan bulat, x + y Î Z
Jadi : p | q + r
Teorema
2.4 dapat diperluas tidak hanya berlaku untuk q, r tetapi untuk q, r, s, t,..,
artinya jika p | q, p | r, p | s, p | t, dan…, maka p | q + r + s + t +…
Selanjutnya,
teorema 2.4 tetap berlaku jika operasi penjumlahan (+) diganti dengan operasi
pengurangn (–), buktikan !
Teorema 2.5
Jika p, q, r Î Z, p | q dan p | r, maka p | qx + ry untuk semua x, y Î Z (qx + ry disebut kombinasi linear dari q dan
r)
Buktikan!
Teorema 2.6.
Jika p, q, r Î Z, p > 0, q > 0,
dan p | q, maka p £ q
Bukti:
Karena p | q, maka menurut definisi 2.1, ada x Î Z
sehingga q = px
Karena p > 0, q > 0, dan q = px, maka x > 0
Karena x Î Z dan x > 0, maka kemungkinan nilai-nilai x adalah
1, 2, 3, …, yaitu x = 1 atau x > 1
Jika x = 1, maka q = px = p(1) = p.
Jika x > 1, dan q = px, maka p < q
Jadi p ≤ q
Teorema 2.7
Jika p, q, r Î Z, p > 0, q > 0, p | q dan q | p, maka p = q.
Buktikan!
Teorema 2.8
p | q jika dan hanya jika kp | kq untuk semua k Î Z
dan k ≠ 0
Buktikan!
Teorema 2.9
Jika p, q, r Î Z, p ≠ 0, p | q + r, dan p | q, maka p | r
Buktikan!
Uraian
berikutnya membahas tentang algoritma pembagian. Suatu algoritma didefinisikan
sebagai serangkaian langkah-lanbgkah atau prosedur yang jelas dan terhingga
untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita lazim menggunakan istilah algoritma
pembagian (division algoritma) meskipun istilah ini tidak menunjukkan adanya
altoritma. Pembicaraan algoritma sebagai prosedur dalam menyelesaikan masalah
terdapat nanti pada pembahasan tentang algoritma Enclides.
Teorema 2.10, Algoritma Pembagian
Jika p, q Î Z dan p > 0, maka ada bilangan-bilangan r, s Î Z yang masing-masing tunggal sehingga q = rp + s dengan 0 £ s < p.
Jika p tidak membagi q, maka s memenuhi ketidaksamaan 0 < s <
p.
Dari
pernyataan q = rp + s, 0 ≤ s < p, r disebut hasil bagi (quotient), s disebut
sisa (remainder), q disebut yang dibagi (dividend) dan p disebut pembagi (divisor).
Kita secara tradisi menggunakan istilah algoritma meskipun sesungguhnya
algoritma pembagian bukan merupakan suatu algoritma.
Sebelum
membuktikan Teorema 2.9, agar lebih mudah dalam memahami langkah-langkah
pembuktian, simaklah dengan cermat uraian berikut:
Ditentukan
dua bilangan bulat 4 dan 7 dengan 4 | 7, maka dapat dibuat barisan aritmetika 7
- (r.4) dengan x Î
Z
untuk r = 3, 7 - (r.4) = 7 - 12 =
-5
untuk r = 2, 7 - (r.4) = 7 - 8 =
-1
untuk r = 1, 7 - (r.4) = 7 - 4 = 3
untuk r = 0, 7 - (r.4) = 7 – 0 = 7
untuk r = -1, 7 - (r.4) = 7 – (-4)=
11
dan seterusnya
sehingga
diperoleh barisan …, -5, -1, 3, 7, 11, …
Barisan
ini mempunyai suku-suku yang negativf, dan suku-suku yang tidak negatif sebagai
unsur-unsur himpunan T.
T
= {3, 7, 11,…} atau T = {7 –
(4.r) | r Î
Z, 7 – (4.r) ³ 0}
Karena
T
N dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka
menurut prinsip urutan rapi, T mempunyai unsur terkecil.

Perhatikan bahwa
unsur terkecil T adalah 3.
Karena 3 Î T,
maka 3 = 7 – (4.r) untuk suatu r Î Z. dalam hal ini r = 1, sehingga
3 = 7 - (4.1), atau 7 = 1.4 + 3
Dengan demikian
dapat ditentukan bahwa:
7 = 1.4 + 3 dengan 0 £ 3 < 4
Karena 4 │ 7, maka 7 = r.4 + s
dengan r = 1 dan s = 3
Perhatikan bahwa
untuk 4, 7 Î
Z, ada r, s Î
Z sehingga 7 = r.4 + s dengan 0 ≤ s <
4
Marilah sekarang
kita membuktikan teorema 2.10
Bukti:
Dengan
p, q Î
Z dapat dibentuk suatu barisan aritmatika (q –
rp) dengan r Î
Z, yaitu … , q – 3p, q – 2p, q – p, q, q + 2p, q + 3 p, …
yang
mempunyai bentuk umum q – rp
Ambil
suatu himpunan T yang unsur-unsurnya adalah suku barisan yang tidak negatif,
yaitu:
T = {q – rp | r Î Z, q
– rp ³
0}
Karena
T
N dan N adalah himpunan yang terurut rapi, maka
menurut prinsip urutan rapi, T mempunyai unsur terkecil, misalnya s.

Karena
s Î
T, maka s = q – rp untuk suatu r Î Z, sehingga q = rp + s.
Jadi
jika p, q Î
Z dan p > 0, maka ada r, s Î Z sehingga q = rp + s.
Sampai
disini pembuktian baru pada tahap menunjukkan eksistensi dari r dan s.
berikutnya akan dibuktikan bahwa 0 ≤ s < p dengan menggunakan bukti tidak
langsung.
Anggaplah
bahwa 0 £
s < p tidak benar, s < 0 atau s ³ p.
Karena
s Î
T, maka s tidak mungkin negatif, sehingga kemungkinannya tinggal s ³ p.
s
³
p, maka s – p ³
0, sehingga (q – rp) – p ³ 0 atau q – (r + 1) p ³ 0.
Karena
s – p ³
0 dan s – p = q – (r + 1) p atau s – p mempunyai bentuk q – rp, maka s – p Î T
Karena
p > 0, maka s – p < s, sehingga s – p merupakan unsur T yang lebih kecil
dari s. Hal ini bertentangan dengan pengambilan s sebagai unsur terkecil dari
T.
Jadi:
0 £
s < p
Selanjutnya,
buktikan ketunggalan dari r dan s
Petunjuk:
gunakan bukti tidak langsung, misalnya r dan s tidak tunggal, yaitu ada r1,
r2, s1, s2 Î Z dan :
q
= r1p + s1, 0 < s1 < p
q
= r2p + s2, 0 < s1 < p
Contoh 2.1
Tunjukkan:
a.
Jika p | q, maka p2 | q2
b.
Jika p | q, maka p | 3q2
Jawab:
a.
Karena p | q, maka sesuai dengan definisi 2.1, ada
bilangan k Î
Z sehingga q = kp, dengan demikian q2 = k2p2.
Sesuai dengan sifat ketertutupan perkalian bilangan bulat, karena k Î Z, maka k . k = k2
Î
Z
q2 = k2p2 dan k2 Î Z,
maka sesuai dengan definisi 2.1, p2 | q2.
b.
Karena p | q, maka sesuai dengan teorema 2.1, p|qr
untuk semua r Î
Z
Ambil r = 3q, maka 3q Î Z untuk sebarang q Î Z
Dengan demikian, dari p | qr dan r = 3q Î Z, maka p | q (3q) atau
p | 3q2.
Contoh 2.2.
Diketahui:
(a1a0) = a1.10 + a0 dan 3 | t
Tunjukkan
bahwa t | a1 + a0
Jawab:
t = a1.10 + a0 = a1 (9 + 1) + a0
= 9a1 + (a1 + a0)
3 | t atau 3 | 9a0 + (a1 + a0) dan 3 | 9a0,
maka menurut teorema 2.9, 3 | a1
+ a0
Contoh 2.3
Diketahui
t = (a4 a3 a2 a1 a0) = a4.104
+ a3.103 + a2.102 + a1.10
+ 40 dan 11 | t
Tunjukkan
bahwa t | a0 – a1 + a2 – a3 - a3
+ a4
Jawab:
t = a4.104 + a3.103
+ a2.102 + a1.10 + a0
= a0
+ a1(11 – 1) + a2 + a1(99 + 1) + a3
(1001 – 1) + a4 (9999 + 1)
= (11a1
+ 99a2 + 1001a3 + 9999a4) + (a0 -
a1 + a2 - a3 + a4)
t = 11(a1 + 9a2 + 91a3
+ 909a4) + (a0 - a1 + a2
- a3 + a4)
Karena 11 | t,
yaitu 11 | 11(a1 + 9a2 + 91a3 + 909a4)
+ (a0 - a1 + a2 - a3
+ a4) dan 11 | 11 (a1 + 9a2 + 91a3 +
909a4), maka menurut teorema 2.9, 11 | (a0
- a1 + a2 - a3 + a4)
Contoh 2.4
Menurut
teorema algoritma pembagian, nyatakan sebagai q = rp + s, 0 ≤ s < p, jika:
a.
p = 7 dan q = - 100
b.
p = 12 dan q = - 150
Jawab:
a.
-100 = (-15)(7) + 5, 0 £ 5 < 7
b.
-150 = (-13)(12) + 6, 0 £ 6 < 12
Teorema
algoritma pembagian dapat digunakan untuk memilahkan atau memisahkan himpunan
bilangan bulat menjadi n himpunan bagian yang saling lepas (disjoint) dengan n Î {2,
3, 4,…}
Jika
p = 2 dan q adalah sebarang bilangan bulat, maka menurut teorema algoritma
pembagian, q dapat dinyatakan sebagai:
q = 2p + s, 0 ≤ s < 2
Karena r Î Z dan 0 ≤
r < 2, maka kemungkinan nilai-nilai s adalah s = 0 dan s = 1
untuk s = 0, q = 2p + s = 2p + 0 = 2p
untuk s = 1, q = 2p + s = 2p + 1
q
= 2p dengan p Î
Z disebut bilangan bulat genap (even integer) dan q = 2p + 1 dengan p Î Z
disebut bilangan bulat ganjil atau gasal (odd integer). Dengan demikian
himpunan bilangan bulat dapat dipisahkan menjadi dua himpunan bagian yang
lepas, yaitu himpunan bilangan bulat genap dan himpunan bilangan bulat ganjil.
Dengan kata lain, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan sebagai salah
satu dari:
q = 2p atau q = 2p + 1, p Î Z
Dengan
jalan lain yang sama, setiap bilangan bulat selalu dapat dinyatakan sebagai:
q = 3p, q = 3p + 1, q = 3p + 2, p Î Z
q = 4p, q = 4p + 1, q = 4p + 2, q = 4p + 3 , p Î Z
q = 5p, q = 5p + 1, q = 4p + 2, q = 5p + 3 , q = 5p + 4, p Î Z
dan seterusnya.
Contoh 2.5
Buktikan:
2 | n3 – n untuk sebarang n Î Z
Bukti:
Menurut teorema 2.10 (algoritma pembagian), setiap bilangan bulat n dapat
dinyatakan sebagai n = 2p atau n = 2p + 1
Untuk n = 2p, dapat ditentukan:
n3 – n = n (n2
-1)
= n (n -1) (n +1)
= 2p (2p -1) (2p +1)
Jadi 2 | n3 – n
Untuk n = 2p + 1, dapat ditentukan
n3 – n = n (n2
-1)
= n (n -1) (n +1)
= (2p +1) (2p +1 - 1)
(2p +1 + 1)
= 2p(2p + 1)(2p + 2)
Jadi 2 | n3 – n
Dengan demikian 2 | n3 – n untuk sekarang n Î Z
Selanjutnya,
marilah kita lihat cara mengganti suatu bilangan dalam basis 10 menjadi basis
yang lain dengan menggunakan teorema yang dibuktikan dengan menggunakan teorema
algoritma pembagian.
Teorema 2.11
Jika q Î
z dan q > 1, maka setiap n Î Z+ dapat dinyatakan secara tunggal dalam bentuk n = pkqk
+ pk-1qk-1 + ….. + p2q2 + p1q1
+ p0q0
yang mana k Î Z, k ≥ 0, pt Î Z, 0
£
pt < q – 1, t = 0, 1,…, k dan
pk ≠ 0
Bukti:
Karena
q Î
Z dan q > 1, maka q > 0, sehingga menurut teorema algoritma pembagian,
hubungan antara n dan q adalah :
n = qr0 + p0, 0 £ p0 < q (0 £ p0
£
q -1)
Jika
r0 ≠ 0, maka hubungan antara r0 dan q menurut teorema
algoritma pembagian adalah:
r0 = qr1 + p1, 0 ≤ p1 ≤ q (0
≤ p1 ≤ q – 1)
Jika
langkah serupa dikerjakan, maka diperoleh:
r1 = qr2 + p2, 0 ≤ p2 ≤ q (0
≤ p2 ≤ q – 1)
r2 = qr3 + p3, 0 ≤ p3 ≤ q (0
≤ p3 ≤ q – 1)

rk-2 = qrk-1 + pk-1, 0 ≤ pk-1
< q (0 ≤ p k-1 ≤ q – 1)
rk-1 = qrk-1 + pk-2, 0 ≤ pk-2
< q (0 ≤ pk ≤ q – 1)
Ambil
rk = 0, maka barisan r0, r1,…, rk
merupakan barisan bilangan bulat tidak negatif yang menurun, paling banyak
mempunyai suku-suku bernilai nol (yaitu rk), dan k suku yang positif
(yaitu r0,r1,…, rk-1).
Dari
hubungan antara n, q, dan ri (i = 0,1, 2,…, k) diatas dapat
ditentukan bahwa:
n = qr0 + p0
= q(r1 +
p1) + p0 = q2r1 + qp1 +
p0
= q2(qr2
+ p2) + qp1 + p0 = q3r2
+ q2p2 + qp1 + p0
= ….
= qk-1rk-2
+ qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + …. + qp1
+ p0
= qk-1(qrk-1
+ pk-1) + qk-2pk-2 + qk-3pk-3 +
… + qp1 + p0
= qk rk-1
+ qk-1pk-1 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3
+ … + qp1 + p0
= qk(qrk
+ pk) + qk-1pk-1+ qk-2pk-2 +
qk-3pk-3 + … + qp1 + p0
n = qk+1rk + qkpk +
qk-1pk-1 + qk-2pk-2 + qk-3pk-3
+ … + qp1 + p0
Karena rk = 0, maka :
n = qkpk + qk-1pk-1
+ qk-2pk-2 + qk-3pk-3 + …
+ qp1 + p0
n = pkqk + pk-1qk-1
+ pk-2qk-2 + pk-3qk-3
+ … + qp1 + p0
n = (pkpk-1pk-2pk-3
… p1 + p0)q
Ini
berarti bilangan asli n yang ditulis dalam lambang bilangan basis 10, dapat
diubah menjadi lambang bilangan basis q > 1
Agar
langkah-langkah dalam pembuktian teorema 2.10 dapat dipahami dengan sebaik-baiknya,
marilah kita lihat suatu peragaan berikut ini.
Ambil n = 985 dan q = 6
985 = 6.164
+ 1 (n = qr0 + p0, r0 = 164, p0 = 1)
164 = 6.27
+ 2 (r0 = qr1 + p1, r1
= 27, p1 = 2)
27 = 6.4 + 3 (r1 = qr2 + p2, r2
= 4, p2 = 3)
4 = 6.0 + 4 (r2 = qr3 + p3, r3
= 0, p3 = 4)
Dengan demikian dapat
ditentukan bahwa:
985 = 6.164
+ 1
= 6(6.27 + 2) + 1 =
62.27 + 6.2 + 1
= 62(6.4
+ 3) + 6.2 + 1 = 63.4 + 62.3 + 6.2 + 1
Jadi: (985)10
= (4321)6
Perhatikan
pola yang terdapat pada lambang bilangan basis 6 yang dicari. Angka-angka pada
lambang bilangan basis 6 yang dicari merupakan sisa dari masing-masing
algoritma pembagian.
Contoh 2.6.
Tuliskan (985)10
dalam lambang bilangan basis 4 dan basis 3.
Jawab:
985 = 4.246 + 1
246 = 4.61 + 2
61 = 4.15 + 1
15 = 4.3 + 3
3 = 4.0 + 3
(985)10 =
(33121)4
Pemeriksaan:
(33121)4 = 3.44
+ 3.43 + 1.42 + 2.4 + 1
= 768 + 192
+ 16 + 8 + 1
= 985
985 = 3.328 + 1
385 = 3.109 + 1
109 = 3.36 + 1
36 = 3.12 + 0
12 = 3.4 + 0
4 = 3.1 + 1
1 = 3.0 + 1
(985)10 = (1100111)3
Pemeriksaan:
(1100111)3 = 1 . 36 + 1 . 35 + 0 . 34
+ 0 . 33 + 1 . 32 + 1 . 3 + 1
= 729 + 243 + 0 + 0 + 9 + 3 + 1 = 985
Tugas dan Latihan
Tugas
Carilah
suatu sumber pustaka yang membicarakan tentang pembagian oleh 1001 dengan
menggunakan cara pencoretan (scratch method). Ambil suatu bilangan, lakukan
pembagian bilangan itu oleh 1001 dengan cara biasa dan jelaskan bagaimana
proses pembagian itu dapat diganti dengan cara pecoretan untuk memperoleh sisia
pembagian.
Berikan
satu contoh pembagian suatu bilangan oleh 1001 dengan menggunakan cara
pencoretan. Jelaskan manfaat dari cara pencoretan terhadap pembagian bilangan
7, 11 dan 13.
Latihan
1.
Buktikan: jika a, b, c Î z , a | b dan a | c, maka a | b + c
2.
Nyatakan q dalam bentuk q = rp + s, 0 £ s < p, jika :
- q = 79 dan p = 8
q = 203 dan p = 13
q = -110 dan p = 7
q = -156 dan p = 8
3.
Buktikan ketunggalan dari r dan s pada teorema algoritma pembagian
4.
Diketahui: t = (a4 a5 a3 a2 a1
a0) dan 7 | t
Tunjukkan bahwa 7 | (a0 + 3a1
+ 2a2) – (a3 + 3a4 + 2a5)
5.
Buktikan: 3 | n3-n untuk setiap n Î Z
6.
Nyatakan (475)10 dalam lambang bilangan basis 7 dan basis 5
Rangkuman
Dalam
Kegiatan Belajar 1 ini, beberapa bagian yang perlu diperhatikan adalah definisi
keterbagian, teorema-teorema keterbagian, dan penerapan keterbagian.
1.
Definisi keterbagian terkait dengan konsep membagi atau
konsep faktor, dan konsep bilangan bulat genap atau bilangan bulat ganjil yang
diperoleh sebagai akibat teorema algoritma pembagian.
2.
Terdapat 10 teorema keterbagian
2.1.
Jika p, q Î Z dan p | q, maka p | qr untuk semua pÎ Z
2.2.
Jika p, q, r Î Z, p | q, dan q | r maka p | r
2.3.
Jika p, q Î Z, p | q, dan q | p, maka p = ±q
2.4.
Jika p, q, r Î Z, p | q, dan p | r, maka
p | q + r
2.5.
Jika p, q, r Î Z, p | q, dan p | r, maka
p | qx + ry
2.6.
Jika p, q, r Î Z, p > 0, q > 0,
dan p | q, maka p ≤ q
2.7.
Jika p, q, r Î Z, p > 0, q > 0, p |
q, dan q | p, maka p = q
2.8.
p | q jika dan hanya jika kp | kp untuk semua k Î Z
dan k ≠ 0
2.9.
Jika p, q, r Î Z, p ≠ 0, p | q + r, dan
p | q, maka p | r
2.10.
Algoritma pembagian
Jika p, q Î Z dan p > 0, maka ada
bilangan-bilangan r, s Î Z yang masing-masing tunggal sehinga q = rp + s dengan
0 ≤ s < p
2.11.
Jika q Î Z dan q > 1, maka setiap n Î Z+ dapat
dinyatakan secara tunggal dalam bentuk :
n = pkqk
+ pk-1qk-1 + … + p2q2 + p1q1
+ p0q0, k Î Z, k ≥ 0,
pt Î Z, 0
£
pt < q – 1, t = 0,1,…,k, dan pt ≠ 0
3.
Penerapan keterbagian dapat ditunjukkan dalam :
1.1 Menjabarkan
sifat keterbagian oleh 3, 7, 11, dan 13, dan dapat diperluas menjadi
keterbagian oleh 2, 4, 5, 6, 8, dan 9
1.2 Mengganti
lambang-lambang bilangan dalam basis 10 menjadi lambang-lambang bilangan
dalam basis bukan 10.
Tes Formatif 1
1.
Skor: 20
Carilah masing-masing
paling sedikit satu contoh untuk menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan
berikut adalah salah.
a.
Jika p | q + r, maka p | q atau p | r
b.
Jika p | qr, maka p | q atau p | r
c.
Jika p + q | r, maka p | r atau q | r
d.
Jika p | r dan q | r, maka p = q
e.
Jika p | q dan p | r, maka q = r
2.
Skor: 20
a.
Tunjukkan : jika n = (a7a6a5a4a3a2a1a0)
dan 99|n,
maka 99|(a1a0) + (a3a2)
+ (a5a4) + (a7a6)
b.
Tunjukkan : jika n = (a7a6a5a4a3a2a1a0)
dan 101|n
maka 101|(a1a0) - (a3a2)
+ (a5a4) - (a7a6)
3.
Skor: 20
Buktikan teorema 2.9 :
Jika p, q, r Î Z, p
≠ 0, p | q + r, dan p | q, maka p | r
4.
Skor: 20
Buktikan 3 | n3
+ 6n2 + 8n untuk semua n Î Z
5.
Skor: 20
a.
Pilihlah suatu bilangan yang terdiri atas 5 angka.
Tulislah bilangan itu dalam
basis 2, dan dalam basis 12
b.
Pilihlah suatu bilangan yang terdiri atas 10 angka.
Dengan menggunakan metode
pencoretan, selidiki apakah bilangan itu habis dibagi oleh 77 dan habis dibagi
oleh 143.
MODUL 2
KEGIATAN BELAJAR 2
FAKTOR
PERSEKUTUAN TERBESAR (FPB)
dan
KELIPATAN
PERSEKUTUAN TERKECIL (KPK)
Uraian
Sebelum
kita bahas tentang faktor (pembagi) persekutuan terbesar, marilah kita lihat
beberapa peragaan berikut:
Perhatikan dua
bilangan a = 6 dan b = 8.
Jika A adalah
himpunan semua faktor dari a, dan B adalah himpunan semua faktor dari b, serta
C adalah himpunan semua faktor persekutuan dari a dan b, maka:
A = {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
B = {-8, -4, -2, -1, 1, 2, 4, 8}
C = A Ç B = {-2, -1, 1, 2}
Unsur (anggota,
elemen) dari C yang terbesar adalah 2
2 merupakan
faktor persekutuan yang terbesar dari a = 6 dan b = 8
2 juga merupakan
bilangan bulat positif terbesar yang membagi a = 6 dan b = 8
Sekarang
bagaimana kalau diambil a = -6 dan b = 8
A = {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
B = {-8, -4, -2, -1, 1, 2, 4, 8}
C = A Ç B = {-2, -1, 1, 2}
Unsur dari C
yang terbesar adalah 2.
2 merupakan
faktor persekutuan yang terbesar dari a = -6 dan b = 8
2 juga merupakan
bilangan bulat positif terbesar yang membagi a = -6 dan b = 8
Dengan jalan
yang sama, jika diambil a = -6 dan b = -8, maka juga akan diperoleh faktor
persekutuan terbesar dari a dan b adalah 2.
Jika untuk
menyatakan faktor persekutuan terbesar dari a dan b digunakan lambang
(a, b), maka
dapat ditentukan bahwa:
(6, 8) = 2
(-6, 8) = 2
(-6, -8) = 2
Ternyata, faktor
persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat a dan b, apapun tanda
masing-masing, selalu diperoleh nilai yang bertanda positif. Bagaimana keadaan
faktor persekutuan terbesar ini jika a atau b (tidak keduanya) bernilai nol?
Ambil a = 0 dan
b = 6
A = himpunan
semua faktor a = 0
= { …, -7, -6, -5, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, …}
B = himpunan
semua faktor b = 6
= {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
C = A Ç B
= {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
Unsur yang
terbesar dari C adalah 6, berarti (a, b) = (0, 6) = 6
Untuk a = 0 dan
b = 0, perhatikan bahwa:
A = {…, -4, -3,
-2, -1, 1, 2, 3, 4, …}
B = {…, -4, -3,
-2, -1, 1, 2, 3, 4, …}
C = {…, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 4, …}
Sehingga tidak
mungkin menentukan unsur yang terbesar dari C, atau faktor persekutuan terbesar
dari a = 0 dan b = 0 tidak ada.
Definisi 2.3
Ditentukan x, y Î Z, x
dan y keduanya bersama-sama bernilai 0.
p Î
Z disebut pembagi (faktor) persekutuan (common divisor, common factor) dari x
dan y jika p ç
x (p membagi x) dan p ç y (p membagi y)
p Î
Z disebut pembagi (faktor) persekutuan terbesar (gcd = greatest common divisor,
gcf = greatest common factor) dari x dan y jika p adalah bilangan bulat positif
terbesar yang membagi x (yaitu p çx) dan membagi y (yaitu p ç y).
Notasi:
d = (x, y)
dibaca d adalah faktor (pembagi) pesekutuan terbesar dari x dan y
d = (x1,
x2, …, xn) dibaca d adalah faktor (pembagi) persekutuan
terbesar dari
x1, x2,
…, xn
Perlu
diperhatikan bahwa d = (a, b) didefinisikan untuk setiap pasang bilangan bulat
a, b Î Z
kecuali a = 0 dan b = 0
Demikian pula,
perlu dipahami bahwa (a, b) selalu bernilai bilangan bulat positif, yaitu d Î Z
dan d > 0 (atau d ³ 1).
Contoh 2.7
1. Himpunan semua faktor 16 adalah:
A = {-16, -6, -4, -2,
-1, 1, 2, 3, 4, 8, 16}
Himpunan semua faktor 24 adalah:
B = {-24, -12, -8, -6,
-4, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}
Himpunan semua faktor persekutuan 16
dan 24 adalah:
C = {-8, -4, -2, -1, 1,
2, 4, 8}
Karena unsur C yang terbesar adalah
8, maka (16, 24) = 8
Cobalah cari (-16, 24), (16, -24),
(-16, -24), (24, -16), dan (-24, 16)
2. Himpunan semua faktor 12 adalah {-12,
-6, -4, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 4, 6, 12}
Himpunan semua faktor 18 adalah {-18, -9, -6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6, 9, 18}
Himpunan semua faktor persekutuan 12
dan 18 adalah {-6, -3, -2, -1, 1, 2, 3, 6}
Jadi: (16, 24) = 8
3. Perhatikan:
(6, 9) = 3 dan 3 = (2) (6) + (-1) (9)
(16, 40) = 8 dan 8 = (3) (16) + (-1)(40)
(60, 105) = 15 dan 15 = (2) (60) + (-1)(105)
Dari ketiga kasus di atas nampak
adanya pola bahwa (p,q) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier px + qy
dengan x, y Î
Z
4. Perhatikan bahwa (6, 9) = 3
Sekarang dibentuk kombinasi
linear px + qy dengan x, y Î Z
Nilai-nilai 6p + 9q adalah sebagai
berikut:
p = 0 dan q = 0 ® 6p +
9q = 0
p = 0 dan q = 1 ® 6p +
9q = 9
p = 1 dan q = 0 ® 6p +
9q = 6
p = 1 dan q = -1 ® 6p +
9q = -3
p = -1 dan q = 1 ® 6p +
9q = 3
p = -1 dan q = 2 ® 6p +
9q = 12
p = 2 dan q = -1 ® 6p +
9q = 3
p = 1 dan q = -2 ® 6p +
9q = -12
p = 0 dan q = -1 ® 6p +
9q = -9
p = 2 dan q = -2 ® 6p +
9q = -6
Nilai-nilai itu dapat disusun
menjadi barisan:
…, -12, -9,
-6, -3, 0, 3, 6, 9, 12, …
Ambil S = {3, 6, 9, 12, …}, yaitu himpunan yang unsur-unsurnya adalah
suku-suku barisan yang positif, yaitu:
S = {6p + 9q
ç6p
+ 9q > 0 dan p, q Î Z}
Karena S Ì
N dan N adalah himpunan terurut rapi, maka S mempunyai unsur terkecil, yaitu 3.
Karena 3 Î S, maka 3 = 6p + 9q
dengan p = 2 dan q = -1, atau p = -1 dan q = 1
Jelas bahwa 3 ç6 dan
3 ç9
Teorema 2.12
Jika d = (x, y), maka d adalah bilangan bulat posisitif terkecil yang
mempunyai bentuk px + qy untuk suatu m, n Î Z, yaitu d dapat
dinyatakan sebagai kombinasi linear dari x dan y.
Bukti:
Dibentuk
kombinasi linear (px + qy) dengan p, q Î Z
Barisan bilangan
(px + qy) memuat bilangan-bilangan yang bernilai negatif, bilangan nol (untuk p
= 0 dan q = 0), dan bilangan-bilangan yang yang bernilai positif.
Ambil S = {px +
qy çpx
+ qy > 0 dan p,q Î
Z }, maka dapat ditentukan bahwa
S Ì N.
Karena S Ì
N dan N merupakan himpunan yang terurut rapi, maka S
mempunyai unsur
terkecil, sebutlah dengan t.
Karena t Î S,
maka tentu ada p = m dan q = n sehingga t = mx + ny. Selanjutnya dapat
dibuktikan bahwa t çx
dan t çy.
Untuk
membuktikan t çx
digunakan bukti tidak langsung.
Misalkan t Q x,
maka menurut teorema 2.9, ada r, s Î Z sehingga
x = tr + s, 0 < s < t
x = tr + s
s = x – tr
= x – (mx + ny) r
= (1 – mr)x + (-ny)r
s = ix + jy
dengan i = 1 – mr Î
Z dan j = -nq Î
Z
Jadi: s = ix +
jy Î
S dengan s < t
Dengan anggapan
t Q
x ternyata menghasilkan kontradiksi karena t adalah unsure terkecil S, dengan
demikian anggapan t Q
x adalah salah, berarti t çx
Dengan jalan
yang sama dapat ditunjukkan bahwa t çy
Dari t çx dan
t çy
berarti t adalah faktor persekutuan dari x dan y.
Karena t adalah
faktor persekutuan dari x dan y, dan d adalah faktor persekutuan terbesar dari
x dan y, maka t ≤ d
Selanjutnya akan
dibuktikan bahwa d ≤ t
d = (x, y), maka
menurut definisi 2.3, d çx dan d çy
d çx dan
d çy,
maka menurut definisi 2.1, x = dv untuk suatu v Î Z dan y = dw untuk suatu
w Î
Z.
t = mx + ny
= m(dv) + n(dw)
t = d(mv + nw),
berarti d çt
Karena d ç t, d
> 0, dan t > 0, maka sesuai dengan teorema 2.6, d ≤ t
Karena t ≤ d dan
d ≤ t, maka d = t
Jadi: d adalah
bilangan bulat positif terkecil yang mempunyai bentuk mx + ny dengan m, n Î Z.
Teorema 2.13
Jika k Î N, maka k(x, y) = (kx,
ky)
Bukti:
Misalkan d = (x,
y) dan e = (kx, ky), maka menurut teorema 2.11, d = rx + sy dan e = mkx + nky
untuk suatu r, s, m, n Î Z.
d = rx + sy,
maka kd = krx + ksy
Karena d = (x,
y), maka menurut definisi 2.3, d çx dan d çy, dan menurut teorema 2.8, kd çkx dan kd çky
Menurut teorema
2.1, kd çkx
dan kd çky
berakibat kd çmkx
dan kd çnky,
dan menurut teorema 2.4, kd çmkx + nky, atau kd çe.
Jadi: k(x, y) ç(kx,
ky).
Selanjutnya,
karena e = (kx, ky), maka menurut difinisi 2.3, e çkx dan e çky,
dan menurut teorema 2.8, e çkrx dan e çksy. Menurut teorema 2.4, e çkrx dan e çkry
berakibat e çkrx
+ ksy, atau e çkhd.
Jadi: (kx, ky) çk(x,
y)
Karena k(x,y)
> 0, (kx,ky) > 0 , k(x, y) ç(kx, ky), dan (kx, ky) çk(x, y), maka menurut
teorema 2.7, k(x, y) = (kx, ky)
Contoh 2.8.
(60, 102) =
(6.10, 6.17) = 6(10, 17) = 6.1 = 6
(108, 207) =
(9.12, 9.23) = 9(12, 23) = 9.1 = 9
Teorema 2.14
Jika x, y Î Z dan d = (x, y), maka
= 1

Bukti:
Misalkan x, y Î Z dan (x, y) = d
Kita akan tunjukkan bahwa
dan
tidak mempunyai
pembagi persekutuan yang positif kecuali 1.


Misalkan e adalah suatu bilangan bulat positif yang membagi
dan membagi
, yaitu e ç
dan e ç
,




Maka, menurut difinisi 2.1,
= ke dan
= te untuk
suatu k, t Î
Z. Dengan demikian x = dek dan y = det, berarti de adalah faktor pesekutuan
dari x dan y. Karena de adalah faktor persekutuan dari x dan y, dan d adalah
faktor persekutuan terbesar dari x dan y, maka de ≤ d. Akibatnya e haruslah
sama dengan 1


Jadi:
= 1

Teorema 2.15
Jika p, q, r Î Z, p çqr,
dan (p, q) = 1, maka p çr
Bukti:
Diketahui (p, q) = 1, maka menurut teorema 2.11, 1 adalah bilangan bulat
positif terkecil yang dapat dinyatakan sebagai px + qy dengan x, y Î Z ,
yaitu px + qy = 1
Karena px + qy = 1, maka rpx + rqy = r, atau prx + qry = r.
Menurut teorema 2.1, karena p çqr, maka p çqry untuk semua y
Î
Z. Selanjutnya, karena p çprx dan p çqry,
maka menurut teorema 2.4, p çprx + qry.
Jadi: p çr.
Teorema 2.16
Jika (x, t) = 1 dan (y, t) = 1, maka
(xy, t) = 1
Bukti:
Diketahui (x, t) = 1 dan (y, t) = 1, maka menurut teorema 2.11, ada p, q,
r, s Î
Z sehingga px + qt = 1 dan ry + st = 1.
Dari 1 = px + qt dan 1 = ry + st dapat ditentukan bahwa
1.1 = (px + qt)(ry + st)
1 = prxy + pstx + qrty + qst2
1 = (pr)(xy) + (psx + qry + qst)t
Dengan demikian, sesuai teorema 2.11, karena 1 merupakan bilangan bulat
positif terkecil yang merupakan kombinasi linear dari xy dan t, maka:
(xy, t)
= 1
Teorema 2.17
Ditentukan x, y Î Z
d = (x, y) jika dan hanya jika d > 0, d çx, d çy,
dan f çd
untuk setiap pembagi persekutuan f dari x dan y
Bukti:
Kita buktikan jika d = (x, y), maka d
> 0, d çx,
d çy,
dan f çd
d = (x, y), maka menurut definisi 2.3, d adalah bilangan bulat positif (d
> 0) terbesar yang membagi x (d çx)
dan membagi y (d çy)
Selanjutnya, menurut teorema 2.11, jika d = (x, y), maka d = mx + ny
untuk suatu m, n Î
Z
Misalkan f adalah sebarang pembagi persekutuan dari x dan y, maka f çx dan
f çy,
dan menurut teorema 2.1, f çmx dan f çny untuk sebarang m, n Î Z
Menurut teorema 2.4, f çmx dan f çny berakibat f çmx + ny.
Karena f çmx
+ ny dan d = mx + ny, maka f çd.
Kita buktikan
jika d > 0, d çx,
d çy,
dan f çd
untuk sebarang pembagi persekutuan f dari x dan y, maka d = (x, y)
Karena d > 0 , d çx dan
d çy,
maka d adalah faktor persekutuan dari x dan y.
Selanjutnya, karena f adalah sebarang faktor persekutuan dari x dan y dan
f çd,
maka f ≤ d, d dan f adalah faktor-faktor persekutuan dari x dan y, f adalah
sebarang faktor persekutuan dari x dan y, dan
f ≤ d, maka d adalah faktor persekutuan yang terbesar dari x dan y.
Jadi: d = (x, y).
Contoh 2.9
Faktor-faktor
persekutuan 4 dan 6 adalah -1, 1, -2, dan 2. Faktor persekutuan terbesar 4 dan
6 adalah 2. Perhatikan bahwa sebarang faktor persekutuan 4 dan 6 membagi faktor
persekutuan terbesar 4 dan 6, yaitu: -1 ç2, 1 ç2, -2
ç2,
dan 2 ç2.
Contoh 2.10
(18, 24) = 6
Faktor-faktor
persekutuan 18 dan 24 adalah -1, 1, -2, 2, -3, 3, -6, dan 6.
Perhatikan bahwa
sebarang faktor persekutuan 18 dan 24 membagi 6, yaitu ± 1 ç6,
± 2 ç6, ±
3 ç6,
dan ± 6 ç6.
Teorema 2.18
(x, y) = (y, x) = (x, -y) = (-x , y)
= (-x, -y) untuk sebarang x, y Î Z.
Buktikan!
Teorema 2.19
a. (x,
y) = (x, y + ax) untuk sebarang a Î Z
b. (x,
y) = (x + yb, y) untuk sebarang b Î Z
Bukti:
a. Sesuai definisi 2.3, (x, y) > 0 dan (x,
y + ax) > 0
Karena (x, y) > 0 dan (x, y + ax) > 0, maka untuk membuktikan (x,
y) = (x, y + ax), sesuai dengan teorema 2.7 kita harus membuktikan bahwa (x, y)
ç(x,
y + ax) dan (x, y + ax ç (x,
y). Kita akan membuktikan (x, y) ç(x, y + ax)
Sesuai definisi 2.3, (x, y) çx dan
(x, y) çy
Menurut teorema 2.1, karena (x, y) çx,
maka (x, y) çax
untuk semua a Î
Z.
Selanjutnya, sesuai dengan teorema 2.4,
karena (x, y) çax
dan (x, y) çy,
maka
(x, y) çy
+ ax
(x,
y) çx
dan (x, y) çy
+ ax, maka menurut definisi 2.3, (x, y)
adalah faktor
persekutuan dari x dan y + ax, dan
akibatnya, sesuai dengan teorema 2.16,
(x, y) membagi (x,y + ax)
Jadi: (x, y) ç(x,
y + ax)
Kita
akan membuktikan (x, y + ax) ç(x, y)
Sesuai definisi 2.3, (x, y + ax) çx, sehingga menurut teorema 2.1, (x, y + ax) çax
Sehingga menurut teorema 2.1,
(x, y + ax) çax
untuk semua a ÎZ;
demikian
Pula, sesuai definisi 2.3, (x, y + ax)│y +
ax.
Selanjutnya, sesuai teorema 2.9, karena:
(x,
y + ax çax
dan (x, y + ax) çy
+ ax
maka (x, y + ax) çy.
Karena (x, y + ax) çx dan (x, y + ax) çy,
maka sesuai definisi 2.3, (x, y + ax) merupakan faktor pesekutuan dari x dan y,
dan sesuai teorema 2.16 setiap faktor persekutuan x dan y tentu membagi (x, y)
Jadi: (x, y + ax) ç(x, y).
Karena (x, y)
> 0, (x, y + ax) > 0, (x, y) ç(x, y + ax), dan (x, y + ax) ç(x, y), maka menurut
teorema 2.7:
(x, y) = (x, y + ax)
b.
Buktikan
Contoh 2.11.
(6, 9) = (6,9 +
7.6) = (6,51)
(12,18) = (12,18
+ 5.12) = (12, 78)
(40,16) = (40,16
+ 9.40) = (40, 376)
(40,16) = (40 +
5.16,16) = (120,16)
(12,18) = (12 +
7.18,18) = (138,18)
(36,15) = (6 +
2.15,15) = (6,15) = (6,3 + 2.6) = (6,3) = 3(2,1) = 3.1 = 3
(84,175) = (84,7
+ 2.84) = (84,7) = 7(12,1) = 7.1 = 7
Contoh 2.12
Ditentukan s0 = 48, s1 = 27, s2 = 21 s3 = 6, s4 = 3, dan s5 = 0
Maka menurut
teorema 2.9 (algoritma pembagian),kita dapat melakukan langkah-langkah berikut:
48 = 1.27 + 21, 0 ≤ 21 < 27, 0 ≤ s2 < s1
27 = 1.21 + 6, 0 ≤ 6 < 21, 0 ≤ s3 < s2
21 = 3.6 + 3, 0 ≤ 3 < 6, 0 ≤ s4 < s3
6 = 2.3 + 0 s5 = 0
Selanjutnya,
menurut teorema 2.11, kita dapat mencari (s0,s1) = (48,
27):
(s0, s1)
=
(48, 27)
= (21 + 1.27,27) = (21, 27)
= (s2,
s1)
= (21,6 + 1.21) = (21, 6)
= (s2, s3)
= (3 + 3.6,6) =
(3, 6)
= (s4, s3)
= (3,3 + 1.3) = (3,3) = (3,0 + 1,3)
= (3,0)
= (s4 +
s5)
= s5
Perhatikan bahwa
secara bertahap dapat ditentukan:
(s0, s1) = (s2,
s1) = (s2, s3) = (s4,
s3) = (s4, s4)
= s4
Contoh 2.12. di
atas memberi gambaran tentang langkah-langkah yang jelas dan terhingga untuk
memperoleh faktor persekutuan terbesar dua bilangan secara sistematis. Marilah
sekarang kita lihat suatu cara yang sistematis, dan disebut algoritma, untuk
mencari faktor persekutuan terbesar dari dua bilangan bulat positif.
Algoritma ini
disebut algoritma Euclides, dan istilah ini digunakan setelah Euclid, matematisi Yunani (Greek, 350 S.M.),
menjelaskan algoritma ini dalam bukunya The
Elements (Rosen K., 1993: 80).
Teorema 2.20 Algoritma Euclides
Ditentukan s0, s1 Î Z, s0
³
s1, > 0
Jika algoritma pembagian digunakan
secara berturut-turut untuk memperoleh
st = st+1 kt+1
+ st+2, 0 ≤ st+2 ≤
st+1, t = 0, 1, 2, …, n – 2 dan sn+1 = 0
maka (s0, s1) = sn,
sisa yang tidak nol dalam algoritma pembagian
Bukti:
Karena s0, s1 Î Z, s0 ³ s1
> 0, maka dengan menggunakan algoritma pembagian secara berturut-turut akan
diperoleh:
s0 = s1
k1 + s2 , 0 ≤ s2 < s1
s1 = s2
k2 + s3 , 0 ≤ s3 < s2


st-2 = st-1
kt-1 + st , 0 ≤ st < st-1

sn-3 = Sn-2
kn-2 + sn-1, 0 ≤ sn-1 < sn-2
sn-2 = sn-1
kn-1 + sn , 0
≤ sn < sn-1
sn-1 = sn
kn + sn-1 , sn+1 = 0
maka sesuai teorema 2.19:
(s0, s1)
= (s1 + s2, s1)
= (s2, s1)
= (s2, s2.2 + s3)
= (s2, s3)
= …
= (sn-3,
sn-2)
= (sn-2,
sn-1)
= (sn-1,
sn)
= (sn,
0)
(s0, s1) = sn
Contoh 2.12
Carilah (963,
657) dengan menggunakan algoritma Euclides
Jawab: 963 = 1.657 + 306, 0 ≤ 306 < 657
657 = 2.306 + 45, 0 ≤
45 < 306
306 = 6.45 + 36, 0 ≤
36 < 45
45 = 1.36 + 9, 0
≤ 9 < 36
36 = 4.9 + 0
Jadi: (963, 657) = 9
Menurut teorema
2.12, jika d = (x, y), maka d dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari x
dan y. Algoritma Euclides dapat digunakan untuk mencari kombinasi linear d dari
x dan y.
Dalam kaitannya
dengan algoritma Euclides, jika d = (s0, s1), maka dapat
ditentukan bahwa d = ms0 + ns1:
sn-2 = sn-1 kn-1
+ sn, maka sn = sn-2 - sn-1 kn-1
sn-3 = sn-2
kn-2 + sn-1, maka sn-1 = sn-3 - sn-2
kn-2
sn-4 = sn-3
kn-3 + sn-2, maka sn-2 = sn-4 - sn-3
kn-3

s1 = s2k2
+ s3, maka s3 = s1 – s2 k2
s0 = s1k1
+ s2, maka s2 = s0 – s1 k1
Dengan demikian:
sn = sn-2
– sn-1 kn-1
= sn-2 – (sn-3 – sn-2 kn-2)kn-1
= sn-2 (1 + kn-2
kn-1) – sn-3
= (sn-4 – sn-3 kn-3)(1 + kn-2
kn-1) – sn-3
= sn-4 (1 + kn-2 kn-1) + sn-3{kn-3(1
+ kn-2 kn-1)}
Jika proses
serupa diteruskan dengan substitusi berturut-turut:
sn-3, sn-4, … , s3,
s2
maka akan
diperoleh bentuk:
(s0, s1) = sn
(s0, s1) = s0m
+ s1n = ms0 + ns1
Ini berarti
bahwa (s0, s1) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear
dari s0 dan s1
Contoh 2.13
Nyatakan (205,
75) sebagai kombinasi linear dari 205 dan 75
Jawab: 205
= 2.75 + 55 , 55 = 205
– 2. 75
75
= 1.55 + 20 , 20 = 75 –
1.55
55
= 2.20 + 15 , 15 = 55 –
2.20
20
= 1.15 + 5 , 5
= 20 – 1.15
15
= 3.5 + 0
(205, 75)
= 5
Dengan demikian dapat ditentukan:
(205, 75) = 5
= 20 – 1.15
= 20 – 1 . (55 – 2.20)
= 3.20
– 1.55 = 3.(75 – 1.55) – 1.55
=
3.75 – (4) . 55 = 3.75 – 4 (205 – 2.75)
(205,75) =
11.75 + (-4) . 205
Contoh 2.14
Carilah
nilai-nilai m, n Î
yang memenuhi hubungan
(7897,
4399) = m(7897) + n (4399)
Jawab: 7897
= 1.4399 + 3498, 3498 =
7897 – 1.4399
4399 = 1.3498 + 901 , 901 = 4399
– 1.3498
3498 =
3.901 + 795 , 795
= 3498 – 3.901
901
= 1.795 + 106 , 106 = 901
– 1.795
795
= 7.106 + 53 , 53
= 795 – 7.106
106
= 2.53 + 0
Dengan demikian dapat ditentukan:
(7897, 4399) = 53
= 795
– 7.106 = 795 – 7. (901 – 1.795)
= 8.795 – 7.901 =
8(3498 – 3.901) – 7.901
= 8.3498 – 31.901 = 8.3498 – 31(4399 – 1.3498)
= 39.3498 – 31.4399 = 39.(7897 – 1.4399) – 31.4399
(7897, 4399) =
39.7897 + (-70) . 4399
Jadi: m
= 7897 dan n = -70
Cara untuk
menyatakan (p, q) sebagai kombinasi linear dari p dan q memerlukan pemrosesan
yang panjang karena perlu kerja berdasarkan langkah-langkah algoritma Euclides,
dan dilanjutkan kerja mundur berdasarkan modifikasi dari setiap langkah dalam
algoritma Euclides.
Terdapat cara
lain untuk menyatakan (p, q) sebagai kombinasi linear dari p dan q, yang secara
langsung dapat menggunakan langkah-langkah algoritma Euclides.
Teorema 2.2.1
Ditentukan p, q Î N
Maka (p, q) = rn p + lnq, n = 0, 1, 2, …, yang mana rn dan kn
adalah suku ke n dari barisan-barisan yang secara rekursif didefinisikan
sebagai:
r0 = 1, l0 = 0
r1 = 0, l1 = 1
dan
ri = ri-2
– ki-1 ri – 1
li = li-2
– ki-1 li-1
untuk i = 2, 3, … , n dengan ki adalah hasil bagi dalam
algoritma Euclides memperoleh (p, q)
Bukti:
Berdasarkan langkah-langkah algoritma Euclides pada teorema 2.20, dipilih
p = s0 dan q = s1, kemudian kita gunakan cara pembuktian induksi
matematika untuk membuktikan (p, q) = sn = rnp + lnq
untuk i = 0, p = s0 = 1.p + 0.q = r0p
+ l0q,
untuk i = 1, q = s1 = 0 . p + 1 . q = r1
+ l1 q
Sekarang, anggaplah bahwa:
si = rip
+ liq, i = 1, 2, …, n – 1
Sesuai dengan keadaan langkah ke n dalam pembuktian teorema 2.20
(algoritma Euclides) dapat ditunjukkan bahwa:
sn-2 = sn-1
kn-1 + sn ,
atau sn = sn-2 – sn-1 kn-1
Dengan demikian, sesuai dengan prinsip induksi matematika:
sn = sn-2
– sn-1 kn-1
= (rn-2
p + ln-2 + q) – (rn-1 p + ln-1 q) kn-1
= (rn-2 – rn-1 kn-1)
p + (ln-2 – ln-1 kn-1) q
= (rn-2 – kn-1 rn-1)
p + (ln-2 – kn-1ln-1) q
sn = rn p + ln q
Contoh 2.15
Carilah (205,
75) dan nyatakan sebagai kombinasi linear dari 205 dan 75.
Jawab: 205
= 2.75 + 55 , k1
= 2
75 = 1.55 + 20 , k2 = 1
55 = 2.20 + 15 , k3 = 2
20 = 1.15 + 5 , k4 = 1
15 = 3.5 + 0
Jadi : (205, 75) = 5
ro
= 1 lo
= 0
r1 = 0 l1
= 1
r2
= ro – k1.r1 l2
= lo – k1 l1
= 1 – 2. 0 = 0 – 2.1
= 1 = -2
r3 = r1
– k2 – r2 l3 = l1 - k2 l2
= 0 – 1. 1 = 1 – 1 (-2)
= 1 = 3
r4
= r2 – k3 . r3
l4 = l2 – k3
l3
= 1 –
2(-1) = -2 – 2 . 3
= 3 = -8
r5
= r3 – k4 r4 l5 = l3 – k4 l4
= -1
– 1 (3) = 3 – 1 . (-8)
= -4 = 11
Jadi: (205, 75) = (-4) . 205 + 11.75
Contoh 2.16
Langkah-langkah
pada contoh 2.15 memerlukan tempat mencari yang luas dan waktu yang panjang.
Untuk menyederhanakan langkah-langkah pencarian, kita dapat mengurangi tempat
dan waktu dengan mengoperasikan atau menggunakan tabel. Dengan menggunakan
tabel, contoh 2.15 dapat dikerjakan sebagai berikut:
n r l k
1 1 0 2
2 0 1 1
3 1 -2 2
4 -1 3 1
5 3 -8
6 -4 11
jadi: (205, 75) = (-4) . 205 + 11.
75
Contoh 2.17
Carilah m dan n
jika (8517, 2669) = m . 8517 + n . 2669
Jawab:
8517 = 3.2669 + 510 , k1
= 3
2669 = 5.510 + 119 , k2 = 5
510 = 4.119 + 34 , k3 = 4
119 = 3 . 34 + 17 , k4 = 3
34 = 2 . 17 + 0
n r l k
1 1 0 3
2 0 1 5
3 1 -3 4
4 -5 16 3
5 21 -67
6 -68 217
Jadi:
(8517, 2669) = (- 68) . 8517 + 217 . 2669
m = -68 dan n = 217
Marilah sekarang
kita mempelajari pasangan pasangan pembahasan FPB (faktor Persekutuan ter
Besar)yang disebut KPK (Kelipatan Persekutuan ter Kecil). Topik FPB dan KPK
merupakan materi pelajaran matematika di sekolah sejak Sekolah Dasar.
Definisi 2.4
Jika x, y Î Z, x ¹ 0,
dan y ¹
0, maka:
a)
m disebut kelipatan persekutuan (common multiple) dari
x dan y jika x çm
dan y çm
b)
m disebut kelipatan persekutuan terkecil (least common
multiple, l.c.m) dari x
dan y jika m adalah bilangan bulat positif terkecil
sehingga x çm
dan y çm.
Notasi:
m = [x, y]
dibaca m adalah kelipatan persekutuan terkecil dari x dan y
Dengan jalan
yang sama dapat didefinisikan kelipatan persekutuan terkecil dari 3 bilangan, 4
bilangan, …, n bilangan, misalnya:
n = [x, y, z]
dibaca n adalah kelipatan persekutuan terkecil dari x, y, dan z.
p = [a, b, c, d]
dibaca p adalah kelipatan persekutuan terkecil dari a, b, c, dan d.
Contoh 2.18
a. Carilah [12,
16]
Jawab: Karena [12, 16]
bernilai positif, maka [12, 16] dapat dicari dari kelipatan-
persekutuan 12 dan 16 yang
positif.
Kelipatan 12 yang positif adalah 12, 24, 36, 48, 60, …
Kelipatan16 yang positif adalah 16, 32, 48, 64,
80, …
48 adalah kelipatan persekutuan 12 dan 16 sebab 12ç48 dan 16ç48
96 adalah kelipatan persekutuan 12 dan 16 sebab 12ç96 dan 16ç96
Kelipatan-kelipatan persekutuan 12 dan 16 adalah 48, 96, 144, 192, …
Dari barisan bilangan kelipatan persekutuan 12 dan 16, yang terkecil
adalah 48, sehingga [12,
16]
= 48
b. Carilah [25, 15]
Jawab: Kelipatan 25 yang positif adalah
25, 50, 75, …
Kelipatan 15 yang positif adalah 15, 30, 45, …
Kelipatan-kelipatan
persekutuan 25 dan 15 yang positif adalah 75, 150, 225, …
Kelipatan-kelipatan persekutuan 25
dan 15 yang positif dan terkecil adalah 75,
sehingga [25, 15] = 75
Perhatikan kelipatan-kelipatan persekutuan 4 dan 5
yang positif, yaitu: 20, 40, 60, 80, …
dan yang
terkecil adalah 20, sehingga [4, 5] = 20
Ternyata 20ç20,
20ç40,
20ç60,
20ç80,
…, 20çk
untuk sebarang kelipatan persekutuan k dari 4 dan 5
Teorema 2.22
Ditentukan x, y Î Z, x ≠ 0, dan y ≠ 0
m
= [x, y] jika
dan hanya jika x çm,
y çm,
m > 0, dan untuk sebarang kelipatan persekutuan n dari x dan y berlaku m çn
Bukti:
(→)
Ambil m = [x, y],
maka menurut definisi 2.4, x çm, y çm dan m > 0
Misalkan n
adalah sebarang kelipatan persekutuan x dan y, maka x çn dan y çn.
Harus ditunjukan bahwa m çn. Menurut perbagian algoritma, karena m £ n,
maka tentu ada k, s Î
Z sehinga n = km + s, 0 £ s < m
Untuk membuktikan m çn, harus ditunjukkan bahwa
n = km, atau harus ditunjukkan bahwa s = 0.
Perhatikan bahwa n = km + s, maka s = n – km.
x çm dan y çm, maka x çam dan y çam
x çn dan x çam, maka x çn-am
y çn dan y çam, maka y çn – am
x çn – am dam y çn – am, maka n – am adalah kelipatan persekutuan x dan
y.
s = n – km, x çn – km, dan y çn –
km, maka x çs
dan y çs
x çs dan y çs, maka s kelipatan persekutuan x dan y.
Karena s dan m adalah kelipatan-kelipatan persekutuan x
dan y, dan m adalah yang terkecil, serta 0 £ s < m, maka jelas
bahwa s = 0, sehingga n = km, atau m çn.
(¬)
Ambil m > 0, x çm, y çm,
dan untuk sebarang kelipatan persekutuan n dari x dan y berlaku m çn.
Ini berarti bahwa m adalah suatu kelipatan persekutuan
dari x dan y yang membagi semua kelipatan persekutuan dari x dan y yang lain.
Jadi m = [x,
y]
Teorema 2.23
[mx, my] = m [x, y]
untuk sebarang m Î
n
Bukti:
Ambil K = [mx, my] dan
k = [x,
y]
K = [mx, my],
maka sesuai definisi 2.4, mx çk dan my çk
k =
[x,
y],
maka sesuai definisi 2.4, x çk dan y çk
x çk, maka menurut teorema
2.8, mx çmk.
y çk, maka menurut teorema
2.8, my çmk
mx ç mk
dan my çmk,
maka menurut definisi 2.4, mk adalah kelipatan persekutuan dari mx dan my.
Karena K adalah kelipatan persekutuan terkecil dari mx dan my, dan mk
adalah kelipatan persekutuan mx dan my, maka menurut teorema 2.22, K ç mk.
Jadi: [mx, my] çm [x, y]
Selanjutnya, karena mx çk dan
my ç
K, maka sesuai definisi 2.1, K = amx dan
K = bmy untuk suatu a, b Î Z, berarti
= ax dan
= by, atau x ç
dan y ç
.




Karena x ç
dan y ç
, maka menurut definisi 2.4,
adalah
kelipatan persekutuan x dan y.



Akibatnya, sesuai dengan teorema 2.22, [x, y]
membagi
, yaitu [x, y] ç
.


Karena [x, y] ç
, maka menurut teorema 2.8, m [x, y] çm .
, atau m [x, y] çK.


Jadi: m [x,
y]
ç[mx,
my]
Akhirnya, karena [mx, my] > 0, m [x, y] > 0, [mx, my] çm [x, y], dan m [x, y] ç[mx, my], maka menurut teorema 2.7, [mx, my] = m [x, y].
Teorema 2.24
Jika x, y Î N dan [x, y] = 1,
maka [x,
y]
= xy
Bukti: [x, y] = 1,
maka menurut teorema 2.12, mx + ny = 1 untuk suatu m, n Î Z,
sehingga [x, y] [mx +
my]
= [x,
y],
atau [x,
y]
mx + [x,
y]
ny = [x,
y]
[x, y]
adalah kelipatan persekutuan terkecil x dan y, maka sesuai definisi 2.4,
x ç[x, y], y ç[x, y],
berarti sesuai dengan teorema 2.8
xy ç[x, y] y dan xy ç[x, y]x. Dengan demikian, sesuai teorema 2.1, xy ç[x, y] ny
dan xy ç[x, y] mx,
dan sesuai teorema 2.5, xy ç[x, y] mx + [x, y] ny.
Jadi xy ç[x, y] [x, y]
adalah kelipatan persekutuan terkecil x dan y, dan xy
Adalah kelipatan x dan y, maka
menurut teorema 2.22, [x,y] │xy
Dari xy ç[x, y] dan [x, y] çxy, maka teorema 2.7, xy = [x, y], atau [x, y] = [x, y]
Contoh 2.19
a. (2, 3) = 1, maka [2, 3] = 2 . 3 = 6
b. (7, 11) = 1,
maka [7,
11]
= 7 . 11 = 77
c. (16, 13) = 1, maka [16, 13] = 16 . 13 = 208
Teorema
2.25
Jika
x, y Î
Z, maka (x, y) [x, y]
= xy
Bukti:
Ambil
d = (x, y), maka sesuai teorema 2.14,
= 1

Sesuai
teorema 2.24, karena
= 1, maka:



akibatnya




d2
= d2
. 



d
. d
= xy,


dan
sesuai teorema 2.13 serta teorema 2.23, diperoleh


(x,
y) [x, y] = xy
Contoh
2.20
a. (6,
9) [6, 9] = 6 . 9 = 54
b. (12,
18) = maka 6 [12, 18] = 12.18, sehingga
[12, 18] =
. 12 . 18
= 36

c. (24,
16) = 8, maka 8 [24, 16] = 24 . 16,
sehingga [24, 16] =
.24.16 = 48

d. [36,
48] =
=
= 144


Tugas
dan Latihan
Agar Anda lebih memahami dan menguasai materi
tentang FPB, KPK, dan Keprimaan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh Tugas dan
Latihan berikut.
Tugas
Carilah buku bacaan tentang Teori Bilangan,
misalnya Elementary Number Theory and Its Applications yang ditulis oleh
Kenneth H. Rosen, dan diterbitkan oleh Addison-Wesley Publishing Company.
1. Jelaskan dan buktikan Teorema Dasar Aritmetika
2. Buktikan [p,q](p,q) = pq dengan menggunakan
Teorema Dasar Aritmetika
3. Nyatakan bentuk umum (p,q) dan [p,q] dengan
menggunakan pemfaktoran prima, dan berilah
masing-masing dua contoh.
Latihan
1. Nyatakan (2345)10 dalam notasi
lambing bilangan
(a)
basis 7
(b)
basis 8
2. Diketahui p,q
Z dan (p,q) = 1

Carilah semua kemugkinan nilai d = (p + q , p
– q )
3. Tunjukkan bahwa (3t + 2) dan (5t + 3) adalah
relative prima, t
{0, 1, 2, 3, …}

4. Carilah m dan n jika :
(a)
67815m + 21480n = (67815,21480)
(b)
30745m + 17446n = (30745,17446)
5. Buktikan : jika (x,y) = 1 dan z x + y, maka (x,z) = (y,z) = 1
6. Buktikan : (r + ts , s) = (r,s)
7. Diketahui : (4,p) = 2 dan (4,q) = 2. Carilah
(4,p+q)
8. Diketahui p adalah suatu bilangan prima, (p2,m)
p dan (p3,n) = p2
Carilah
(p4,mn)
9. Carilah (x2,108) jika diketahui
(x,18) = 6
Rangkuman
Dalam Kegiatan Belajar 2 ini, secara
keseluruhan materi pembahasan terkait dengan konsep FPB dan KPK, di dalamnya
banyak berbicara tentang definisi dan teorema, serta beberapa penerapannya.
1. (x,y) adalah notasi untuk
menyatakan fpb dari x dan y
(x,y) adalah suatu bilangan bulat positif terbesar yang membagi x dan
membagi y
2. [x,y] adalah notasi untuk
menyatakan kpk dari x dan y
[x,y] adalah suatu bilangan bulat positif terkecil yang habis dibagi
oleh x dan oleh y
3. Terdapat 14 teorema tentang fpb dan
kpk
2.12 d = (x,y) adalah suatu bilangan bulat positif terkecil yang
merupakan kombinasi linier
dari x dan y
2.13 Jika k
N, maka k(x,y)
= (kx,ky)

2,14 Jika d = (x,y), maka (x/d , y/d) = 1
2.15 Jika p │ qr dan (p,q) = 1, maka p │ r
2.16 Jika (x,t) = 1 dan (y,t) = 1 , maka (xy,t) = 1
2.17 Jika f adalah suatu factor persekutuan dari x dan y , maka f │
(x,y)
2.18 (x,y) = (y,x) = (x,-y) = (-x,y) = (-x,-y)
2.19 (x,y) = (x, y + ax) = (x + by , y) untuk sebarang a,b
Z

2.20 Algoritma Euclides
2.21 Teknik mencari m dan n jika (x,y) = mx + ny
2.22 [x,y] │ k untuk sebarang kelipatan x dan y
2.23 Jika m
N, maka m[p,q]
= [mp,mq]

2.24 Jika (x,y) = 1 , maka [x,y] = xy
2.25 (x,y)[x,y] = xy
Tes
Formatif 2
1. Skor 20
Carilah
kemungkinan nilai-nilai d jika :
(a)
(a,b) = 1 dan
d = (a2 + b2 , a + b)
(b)
(a,b) = 1 dan
d = (a + b , a2 – ab + b2 )
2. Skor 20
Carilah
nilai-nilai x dan y jika :
67320 x
+ 96577 y = (67320 , 96577)
3. Skor 20
Carilah
nilai-nilai x dan y jika : (34709,100319) = 34709 x + 100319 y
4. Skor 10
Nyatakan
(2008)10 dalam notasi basis 2
5. Skor 20
Dengan
menggunakan Teorema Dasar Aritmetika, carilah factor persekutuan terbesar dari
1815156
dan 686000
6. Skor 10
Nyatakan
dengan B (Benar) atau S(Salah)
(a)
Jika (a,b) =
(a,c), maka b = c
(b)
(-12,-16) = -
4
(c)
(2p, 20 + 2p)
tidak membagi 20
(d)
(-5,0) tidak
didefinisikan
(e)
Jika t =
[2x,3y] , maka x membagi t dan y membagi t
(f)
Jika [p,q] =
[r,s] , maka p = r dan q = s
(g)
3x membagi
[x,y]
(h)
(2x – 7 , 2x)
membagi 7
(i)
(p,q) membagi
5p
(j)
(r, r – 4) =
1, 2, atau 4
Daftar Kepustakaan
Niven,
I., Zuckerman, H.S., dan Montgomery,
H.L. (1991). An Introduction to The
Theory of Numbers. New
York : John Wiley & Sons.
Redmond, D. (1996). Number Theory. New York : Marcel Dekker.
Rosen,
K.H. (1993). Elementary Number Theory
And Its Applications.
Massachusetts
: Addison-Wesley.
kak apakah boleh minta filenya
BalasHapussoalnya ada gambar yang tidak bisa di buka