Kamis, 22 Desember 2016

teori bilangan



MODUL 3
KONGRUENSI
Gatot Muhsetyo

PENDAHULUAN
       Dalam modul Kongruensi ini diuraikan tentang sifat-sifat dasar kongruensi, keterkaitan kongruensi dengan fpb dan kpk, sistem residu yang lengkap dan system residu yang tereduksi, teorema Euler, teorema kecil Fermat, dan teorema Wilson.
       Kongruensi merupakan kelanjutan dari keterbagian, dan didefinisikan berdasarkan konsep keterbagian. Dengan demikian penjelasan dan pembuktian teorema-teoremanya dikembalikan ke konsep keterbagian. Bahan utama kongruensi adalah penggunaan bilangan sebagai modulo, dan bilangan modulo ini dapat dipandang sebagai perluasan dari pembahasan yang sudah ada di sekolah dasar sebagai bilangan jam, dan pada tingkat lebih lanjut disebut denga bilangan bersisa.
       Dengan bertambahnya uraian tentang sistem residu, pembahasan tentang kongruensi menjadi lebih lengkap sebagai persiapan penjelasan teorema Euler, teorema kecil Fermat, dan teorema Wilson, serta bahan penerapan yang terkait dengan teorema-teorema kongruensi dan teorema Euler.

KOMPETENSI UMUM
       Kompetensi umum dalam mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu memahami konsep kongruensi, penerapannya,  hubungannya dengan konsep keterbagian,  pengembangannya dalam system residu, dan peranannya dalam penjabaran teorema Euler, teorema kecil Fermat, dan teorema Wilson.

KOMPETENSI KHUSUS
       Kompetensi khusus dalam mempelajari modul ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan konsep kongruensi dan sifat-sifatnya, konsep sistem residu yang lengkap dan sistem residu yang tereduksi, peranan  fpb dan kpk  dalam  pengembangan  sifat-sifat
kongruensi, pembuktian dan penerapan teorema Euler, teorema kecil Fermat, dan teorema Wilson.

SUSUNAN KEGIATAN BELAJAR
       Modul 3 ini terdiri dari dua kegiatan belajar. Kegiatan Belajar pertama adalah Kongruensi, dan Kegiatan Belajar kedua adalah Sistem Residu. Setiap kegiatan be;lajar memuat Uraian, Contoh/Bukan Contoh, Tugas dan Latihan, Rambu-Rambu Jawaban Tugas dan Latihan, Rangkuman, dan Tes Formatif. Pada bagian akhir modul ini ditempatkan Rambu-Rambu Jawaban Tes Formatif 1 dan Tes Formatif 2.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah Uraian dan Contoh dengan cermat dan berulang-ulang  sehingga  Anda  benar-
    benar memahami dan menguasai materi paparan.
2. Kerjakan Tugas dan Latihan yang tersedia secara mandiri. Jika dalam kasus atau tahap-
    An tertentu Anda mengalami  kesulitan  menjawab/menyelesaikan, maka lihatlah Ram-
    bu-Rambu  Jawaban  Tugas  dan Latihan. Jika   langkah  ini belum  banyak  membantu
    Anda keluar dari kesulitan, maka mintalah bantuan tutor Anda,  atau  orang  lain  yang
    lebih tahu.
3. Kerjakan Tes  Formatif  secara  mandiri,  dan  periksalah  Tingkat  Kemampuan  Anda
    dengan jalan mencocokkan jawaban Anda dengan  Rambu-Rambu  Jawaban  Tes For-
    matif. Ulangilah pengerjaan Tes Formatif  sampai  Anda  benar-benar  merasa  mampu
    mengerjakan semua soal dengan benar.









MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 1
KONSEP DASAR KONGRUENSI

Uraian
       Kongruensi merupakan bahasa teori bilangan karena pembahasan teori bilangan bertumpu kongruensi. Bahasa kongruensi ini diperkenalkan dan dikembangkan oleh Karl Friedrich Gauss,  matematisi paling terkenal dalam sejarah, pada awal abad sembilan belas, sehingga sering disebut  sebagai Pangeran Matematisi (The Prince of Mathematici-
ans). Meskipun Gauss tercatat karena temuan-temuannya di dalam geometri, aljabar, analisis, astronomi, dan fisika matematika, ia mempunyai minat khusus di dalam teori bilangan dan mengatakan bahwa “mathematics is the queen of sciences, and the theory of numbers is the queen of mathematics” . Gauss merintis untuk meletakkan teori bilangan modern di dalam bukunya Disquistiones Arithmeticae pada tahun 1801.
       Secara tidak langsung kongruensi sudah dibahas sebagai bahan matematika di sekolah dalam bentuk bilangan jam atau bilangan bersisa. Peragaan dengan menggunakan
tiruan jam dipandang bermanfaat karena peserta didik akan langsung praktek untuk lebih mengenal adanya system bilangan yang berbeda yaitu system bilangan bilangan jam, misalnya  bilangan jam duaan, tigaan, empatan, limaan, enaman, dan seterusnya.
     Kemudian, kita telah mengetahui bahwa bilangan-bilangan bulat lebih dari 4 dapat di “reduksi” menjadi 0, 1, 2, 3, atau 4 dengan cara menyatakan sisanya jika bilangan itu dibagi dengan 5, misalnya 13 dapat direduksi menjadi 3 karena 13 dibagi 5 bersisa 3, 50 dapat direduksi menjadi 0 karena 50 dibagi 5 bersisa 0, dan dalam bahasa kongruensi dapat dinyatakan sebagai 13 ≡ 3 (mod 5) dan 50 ≡ 0 (mod 5).
Definisi 3.1
       Ditentukan p,q,m adalah bilangan-bilangan bulat dan m  0
       p disebut kongruen dengan q  modulo m, ditulis  p ≡ q (mod m), jika  dan  hanya jika
       m │ p - q .
      Jika  m │ p – q maka ditulis  p ≡ q (mod m), dibaca p tidak kongruen q modulo m.

Contoh 3.1
10 ≡ 6 (mod 2) sebab 2 │ 10 – 6 atau 2 │ 4
13 ≡ -5 (mod 9) sebab 9 │ 13 – (-5) atau 9 │ 18
107 ≡ 2 (mod 15) sebab 7 │ (107 – 2) atau 15 │ 105

Teorema 3.1
       Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat, maka p ≡ q (mod m) jika dan hanya jika
       ada bilangan bulat t sehingga p = q + tm
Bukti :
       Jika p ≡ q (mod m), maka m │ p – q . Ini berarti bahwa ada suatu bilangan bulat t se-
       hingga tm = p – q, atau p = q + tm.
       Sebaliknya, jika ada suatu bilangan bulat t yang  memenuhi  p = q + tm,  maka dapat
       ditentukan bahwa   tm = p – q,  dengan  demikian m │ p – q , dan akibatnya  berlaku
       p ≡ q (mod m).
             
Contoh 4.2
23 ≡ -17 (mod 8) dan 23 = -17 + 5.8

Teorema 3.2
       Ditentukan m adalah suatu bilangan bulat positif.
       Kongruensi modulo m memenuhi sifat-sifat berikut :
(a)    Sifat Refleksif.
Jika p adalah suatu bilangan bulat, maka p ≡ p (mod m) 
(b)   Sifat Simetris.
Jika p dan q adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p ≡ q (mod m),
maka p ≡ q (mod m)
(c)    Sifat Transitif.
Jika p, q, dan r adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga p ≡ q (mod m)
dan q ≡ r (mod m), maka p ≡ r (mod m)


Bukti :
(a)    Kita tahu bahwa m │ 0, atau m │ p – p , berarti p ≡ q (mod m)
(b)   Jika p ≡ q (mod m), maka m │ p – q , dan menurut definisi keterbagian, ada suatu
bilangan bulat t sehingga tm = p – q, atau (-t)m = q – p , berarti  m │ q – p.
Dengan demikian  q ≡ p (mod m)
(c)    Jika p ≡ q (mod m) dan q ≡ r (mod m) , maka m│p – q dan m│q – r, dan menurut
definisi keterbagian, ada bilangan-bilangan bulat s dan t sehingga sm = p – q dan
tm = q – r . Dengan demikian dapat ditentukan  bahwa p – r = (p – q) + (q – r) =
sm + tm = (s + t)m. Jadi m│ p – r , dan akibatnya q ≡ r (mod m) 

Contoh 4.3
5 ≡ 5 (mod 7) dan -10 ≡ -10 (mod 15) sebab 7│5 – 5 dan 15│-10 – (-10)
27 ≡ 6 (mod 7) akibatnya  6 ≡ 27 (mod 7) sebab 7│6 – 27 atau 7│(-21)  
45 ≡ 21 (mod 3) dan 21 ≡ 9 (mod 3), maka 45 ≡ 9 (mod 3) sebab 3│45 – 9 atau 3│36

Teorema 3.3
       Jika  p, q, r, dan m  adalah  bilangan-bilangan  bulat  dan   m > 0  sedemikian  hingga
       p ≡ q (mod m) , maka :
       (a) p + r ≡ q + r (mod m)
       (b) p – r ≡ q – r (mod m)
       (c) pr ≡ qr (mod m)
Bukti :
       (a) Diketahui p ≡ q (mod m), maka m│ p – q . Selanjutnya dapat  ditentukan  bahwa
            p – q = (p + r) – (q + r) ,  berarti m│p – q berakibat  m │ (p + r) – (q + r). Dengan
            demikian p + r ≡ q + r (mod m).
       (b) Kerjakan, ingat bahwa p – q = (p – r) – (q – r) .
       (c)  Diketahui p ≡ q (mod m),  maka m│ p – q ,  dan  menurut  teorema  keterbagian,  
             m │ r(p – q) untuk sebarang bilangan bulat r, dengan demikian m │ pr – qr.
             Jadi pr │qr (mod m) .


Contoh 4.4
43│7 (mod 6) , maka 43 +5│ 7 + 5 (mod 6) atau 48│12 (mod 6)
27 │6 (mod 7) , maka 27 – 4 │6 – 4 (mod 7) atau 23│ 2 (mod 7)
35│3 (mod 8) , maka 35.4│3.4 (mod 8) atau 140│12 (mod 8)
Contoh 4.5
Perhatikan bahwa teorema 3.3.(c) tidak bisa dibalik, artinya  jika   pr ≡ qr (mod m),  maka
belum tentu bahwa p ≡ q (mod m), misalnya 24 = 4.6 , 12 = 4.3, dan 24 ≡ 12 (mod 6) atau 4.6  ≡ 4.3 (mod 6), tetapi 6 ≡ 3 (mod 6).

Teorema 3.4
       Jika  p, q, r, s, m   adalah   bilangan-bilangan   bulat  dan  m > 0  sedemikian   hingga
       p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m) , maka :
       (a) p + r ≡ q + s (mod m)
       (b) p – r ≡ q – s (mod m)
       (c) pr   qs (mod m) 
Bukti :
       (a) p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka m│ p – q dan m│ r – s , maka tentu ada
            bilangan-bilangan bulat  t dan u  sehingga tm = p – q  dan  um = r – s , dan
            (p + r) – (q + s) = tm – um = m(t – u). Dengan demikian m│(p + r) – (q + s), atau
            p + r ≡ q + s (mod m).
       (b) Kerjakan, perhatikan bahwa (p – r) – (q – s) = (p – q) – (r – s)
       (c) p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka m│ p – q dan m│ r – s , maka tentu ada
            bilangan-bilangan bulat  t dan u  sehingga tm = p – q  dan  um = r – s , dan
            pr – qs = pr – qr + qr – qs = r(p – q) + q(r – s) = rtm + qum = m (rt + qu). Dengan
           demikian m │ pr – qs , atau pr    qs (mod m) 

Contoh 3.6
36 ≡  8(mod 7) dan 53 ≡ 4 (mod 7), maka 36 + 53 ≡ 8 + 4 (mod 7) atau 89 ≡ 12 (mod 7)
72  ≡7 (mod 5) dan 43 ≡ 3 (mod 5), maka 72 – 43 ≡  7 – 3 (mod 5) atau 29 ≡ 4 (mod 5)
15 ≡ 3 (mod 4) dan 23 ≡ 7 (mod 4) maka 15.23 ≡ 3.7 (mod 4) atau 345 ≡ 21 (mod 4)

Teorema 3.5
       (a) Jika p ≡ q (mod m), maka pr ≡ qr (mod mr)
       (b) Jika p ≡ q (mod m) dan d│m , maka p ≡ q (mod d)
Bukti :
(a) p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│p – q , dan menurut teorema 2.8 dapat
     ditentukan bahwa rm│r(p – q) atau mr│pr – qr , dan berdasarkan definisi 3.1 dapat
     ditentukan bahwa pr ≡ qr (mod mr)
(b) p ≡ q (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│p – q .
     Berdasarkan teorema 2.2, d│m dan m│p – q berakibat d│p – q, dan sesuai dengan
     Definisi 3.1, p ≡ q (mod d)  

Teorema 3.6
Diketahui bilangan-bilangan bulat a, p, q, m, dan m > 0.
(a) ap ≡ aq (mod m) jika dan hanya jika p ≡ q (mod m/(a,m))
(b) p ≡ q (mod m ) dan p ≡ q (mod m) jika dan hanya jika p ≡ q (mod  [m, m])
Bukti :
 (a)  ()
       ap ≡ aq (mod m), maka sesuai definisi 3.1, m│ap – aq, dan sesuai definisi 2.1
       ap – aq = tm untuk suatu t  Z, berarti a(p – q) = tm. Karena (a,m)│a dan  (a,m)│ m
       maka (a/(a,m)(p – q) = (m/(a,m)t, dan sesuai dengan  definisi 2.1,  dapat   ditentukan
       bahwa (m/(a,m)│(a/(a,m)(p – q).   Menurut teorema 2.14, (m/(a,m),a/(a,m)) = 1, dan
       menurut teorema 2.15, dari  (m/(a,m),a/(a,m)) = 1 dan (m/(a,m)│(a/(a,m)(p – q)  ber-
       akibat (m/(a,m)│(p – q). Jadi menurut definisi 3.1, p ≡ q (mod m/(a,m)) .
      ()
       p ≡ q (mod m/(a,m)), maka menurut teorema 3.5(a), ap ≡ aq (mod am/(a,m)).  Selan-
       jutnya, karena m │am/(a,m), dan ap ≡ aq (mod am/(a,m)),  maka  berdasarkan  pada
       teorema 3.5 (b) , ap ≡ aq (mod m).
(b)  Buktikan ! 

Contoh 3.7
8p ≡ 8q  (mod 6) dan (8,6) = 2, maka p ≡ q (mod 6/2) atau p ≡ q (mod 3)
12p  ≡ 12q (mod 16) dan (12,16) = 4, maka p ≡ q (mod 16/4) atau p ≡ q (mod 4)
Contoh 3.8
p ≡ q (mod 6) dan p ≡ q (mod 8), maka p ≡ q (mod [6,8]) atau p ≡ q (mod 24) 
p ≡ q (mod 16) dan p ≡ q (mod 24), maka p ≡ q (mod [16,24]) atau p ≡ q (mod 48)

Tugas dan Latihan
Tugas
Bacalah suatu buku teori bilangan, dan carilah teorema-teorema yang belum dibuktikan
dalam kegiatan belajar 1. Selanjutnya buktikan bahwa :
1. Jika p, q, t, dan m adalah bilangan-bilangan bulat sedemikian hingga t > 0, m > 0 dan  
    p ≡ q (mod m), maka p  q (mod m)
2. Jika p, q  Z dan m, m, …, m  Z sedemikian hingga
    p ≡ q (mod m) , p ≡ q (mod m) , …, dan p ≡ q (mod m) , maka
    p ≡ q (mod [m, m, …, m])
Latihan
1. Diketahui p, q, m adalah bilangan-bilangan bulat dan m > 0 sedemikian hingga
    p ≡ q (mod m)
    Buktikan : (p,m) = (q,m)
2. Buktikan
    (a) jika p adalah suatu bilangan genap, maka  p≡ 0 (mod 4)
    (b) jika p adalah suatu bilangan ganjil, maka p≡ 1 (mod 4)
3. Buktikan jika p adalah suatu bilangan ganjil, maka p≡ 1 (mod 8)
4. Carilah sisa positif terkecil dari 1! + 2! + … + 100!
    (a) modulo 2
    (b) modulo 12
5. Tunjukkan bahwa jika n adalah suatu bilangan genap  positif, maka:
       1 + 2 + 3 + … + (n + 1)  ≡ 0 (mod n)
    Bagaimana jika n adalah suatu bilangan ganjil positif ?
6. Dengan menggunakan induksi matematika, tunjukkan bahwa  4≡ 1 + 3n (mod 9)
    jika n adalah suatu bilangan bulat positif.
Rangkuman
Dari materi Kegiatan Belajar 1 ini, beberapa bagian yang perlu diperhatikan adalah defi- nisi kongruensi, teorema-teorema kongruensi, dan keterkaitan konsep kongruensi dengan keterbagian, fpb, dan kpk.
1. Definisi 3.1. p ≡ q (mod m) jika dan hanya jika  m │ p – q
2. Terdapat 6 teorema kongruensi.
     Teorema 3. 1 :  p ≡ q (mod m) jika dan hanya jika  p = q + tm
     Teorema 3.2  :  Kongruensi modulo m memenuhi sifat-sifat
(a)    refleksif: p ≡ p (mod m)
(b)   simetris : jika p ≡ q (mod m), maka q ≡ p (mod m)
(c)    transitif : jika p ≡ q (mod m) , q ≡ r (mod m), maka p ≡ q (mod m)

    Teorema 3.3  :   Jika p ≡ q (mod m), maka :
(a)    p + r ≡ q + r (mod m)
(b)   p – r ≡ q – r  (mod m)
(c)    pr ≡ qr (mod m)
    Teorema 3.4  :   Jika p ≡ q (mod m) dan r ≡ s (mod m), maka :
(a)    p + r ≡ q + s (mod m)
(b)   p – r ≡ q – s (mod m)
(c)    pr ≡ qs (mod m)
    Teorema 3.5  :     (a) p ≡ q (mod m) , maka pr ≡ qr (mod mr)
                                (b) p ≡ q (mod m) dan d │ m , maka p ≡ q (mod d)
    Teorema 3.6.  :    (a) ap ≡ aq (mod m), maka p ≡ q (mod m/(a,m))
                                (b) p ≡ q (mod m) dan p ≡ q (mod m) jika dan hanya jika                 
                                     p ≡ q (mod  [m, m])                 

Tes Formatif 1
1. Skor 10
    Nyatakan dengan B (Benar) atau S (Salah)
    (a) Jika p ≡ q (mod 7) , maka 3p ≡ 3q (mod 7)
 (b) Jika 2p ≡ 3q (mod 5), maka 10p ≡ 10q (mod 25)
    (c) Jika p ≡ q (mod 11), maka 23p – 44  ≡ 12q + 22 (mod 11)
 (d) Jika 2p ≡ 2q (mod 5), maka p ≡ q (mod 5)
 (e) Jika 4p ≡ 4q (mod 6), maka p ≡ q (mod 6)
 (f)  Jika 6p ≡ 9q (mod 15), maka 2p ≡ 3q (mod 5)
 (g) Jika p ≡ 2q (mod 24), maka p ≡ 2q (mod 8)
 (h) Jika p ≡ q (mod 7), maka 14p+ 8p – 21 ≡ 15p + 28 (mod 7)
 (i) Jika p ≡ q (mod 8) dan p ≡ q (mod 12), maka p ≡ q (mod 96)
 (j) Jika p ≡ q (mod 24) dan p ≡ q (mod 36), maka p ≡ q (mod 72)
2. Skor 10
    (a) Carilah 2 angka terakhir lambang bilangan decimal dari 28
    (b) Carilah 3 angka terakhir lambang bilangan decimal dari 23
3. Skor 20.
    Tunjukkan bahwa 1 + 2 + … + (n – 1)≡ 0 (mod n) jika n adalah suatu bilangan
    bulat positif atau jika n adalah habis dibagi 4.
    Apakah pernyataan masih benar jika n adalah genap tetapi tidak habis dibagi 4 ?
4. Skor 20
    Buktikan dengan induksi matematika bahwa  5≡ 1 + 4n (mod 16) jika n adalah suatu
    bilangan bulat positif
5. Skor 20
    Carilah sisa positif terkecil dari 1! + 2! + … + 100!
    (a) modulo 7
    (b) modulo 25
6. Skor 20
    Carilah sisa positif terkecil dari :
(a)    6! modulo 7
(b)   12! modulo 13
(c)    18! modulo 19
    (d)  22! modulo 23
    Cobalah menebak suatu teorema dari hasil-hasil jawaban Anda


MODUL 3
KEGIATAN BELAJAR 2
SISTEM    RESIDU

Uraian
       Sistem residu merupakan topik yang memberikan dasar untuk mengembangkan pembahasan menuju teorema Euler, dan pada bagian lain terkait dengan fungsi-fungsi khas (special functions) dalam teori bilangan.
       Bagian-bagian dari system residu meliputi system residu yang lengkap dan system residu yang tereduksi. Sebagai suatu system, system residu mempunyai sifat-sifat khusus yang terkait dengan bagaimana membuat system residu, atau mencari contoh yang memenuhi syarat tertentu.

Definisi 3.2
       Suatu  himpunan {x, x, … , x} disebut suatu  system  residu  lengkap  modulo m    
       Jika dan hanya jika  untuk  setiap y dengan  0 ≤ y < m , ada  satu  dan  hanya  satu x
       dengan 1 ≤ i < m , sedemikian hingga y ≡ x(mod m) atau x≡ y (mod m).
Perhatikan bahwa indeks dari x yang terakhir adalah m, dan hal ini  menunjukkan  bahwa
banyaknya unsur dalam suatu system residu lengkap modulo m adalah m. Dengan demikian, jika ada suatu himpunan yang banyaknya unsur kurang dari m atau lebih dari m , maka himpunan itu tentu bukan merupakan suatu system residu lengkap modulo m.
Selanjutnya, karena pasangan-pasangan kongruensi antara y dan xadalah tunggal,  maka
tidak ada y  yang  kongruen dengan dua unsur x yang berbeda, misalnya  x dan x,  dan
tidak ada x yang kongruen dengan dua nilai y. Dengan  demikian, tidak ada dua unsur x
yang berbeda dan kongruen, artinya xtidak kongruen xmodulo m jika i  j.

Contoh 3.9
1. Himpunan A = {6, 7, 8, 9} bukan merupakan  system  residu  lengkap  modulo 5 sebab
    banyaknya unsur A kurang dari 5
2. Himpunan A = {6, 7, 8, 9, 10} adalah suatu system residu lengkap modulo 5 sebab  un-
    tuk setiap y dengan  dengan  0 ≤ y < 5 , ada  satu  dan  hanya  satu x  dengan  1 ≤ i < 5  
    sedemikian hingga y ≡ x(mod 5) atau x≡ y (mod 5).
    Nilai-nilai y   yang   memenuhi 0 ≤ y < 5 , adalah  y = 0, y = 1, y = 2, y = 3, y = 4,  atau
    y = 5 . Jika kita selidiki, maka kita peroleh bahwa :
        10 ≡ 0 (mod 5)                          8 ≡ 3 (mod m)                          6 ≡ 1 (mod m)
        9   ≡ 4 (mod 5)                          7 ≡ 2 (mod m)
    Dengan  demikian  untuk setiap y dengan  y = 0, 2, 3, 4, 5 , ada satu  dan hanya satu x
    dengan x= 6, 7, 8, 9, 10 , sedemikian hingga x≡ y (mod m). Jadi A adalah suatu sis-
    tem residu lengkap modulo 5.
3. Himpunan B = {4, 25, 82, 107} adalah suatu system  residu  lengkap  modulo 4 sebab
    untuk  setiap y  dengan  0 ≤ y < 4 , ada  satu   dan   hanya   satu x  dengan   1 ≤ i < 4
    sedemikian hingga y ≡ x(mod 4) atau x≡ y (mod 4).  
         4   ≡ 0 (mod 4)                          82  ≡ 2 (mod 4)
         25 ≡ 1 (mod 4)                         107 ≡ 3 (mod 4)
4. Himpunan C = {-33, -13, 14, 59, 32, 48, 12} adalah suatu system residu  lengkap  mo-     
    dulo 7 sebab untuk  setiap y  dengan 0 ≤ y < 7 , ada  satu   dan   hanya   satu xdengan
    1 ≤ i < 7 sedemikian hingga y ≡ x(mod 7) atau x≡ y (mod 7).
         -33 ≡ 0 (mod 7)                          59 ≡ 3 (mod 7)                          48 ≡ 1 (mod 7)
         -13 ≡ 0 (mod 7)                          32 ≡ 3 (mod 7)                          12 ≡ 1 (mod 7)
          14 ≡ 0 (mod 7)                      
5. Himpunan D = {10, -5, 27} adalah bukan suatu system residu lengkap modulo 3 sebab
    Untuk suatu   y = 1 dengan 0 ≤ y < 3 , ada  lebih dari satu x(yaitu 10 dan -5)  sehingga
          10 ≡ 1 (mod 3)                          -5  ≡ 1 (mod 3)
6. Algoritma pembagian menunjukkan bahwa  himpunan  bilangan  bulat  0, 1, … , m – 1
    merupakan suatu system residu lengkap modulo m, dan disebut sebagai residu nonne-
    gatif terkecil modulo m.


Definisi 3.3
       Suatu  himpunan  bilangan  bulat {x, x, … , x} disebut suatu system residu tere-
       duksi modulo m jika dan hanya jika :
       (a) (x, m) = 1 , 1 ≤  i <  k
       (b)  x    x(mod m) untuk setiap  i  j
       (c) Jika (y,m) = 1, maka y ≡ x(mod m) untuk suatu i = 1, 2, … , k

Contoh 3.10
1. Himpunan {1,5} adalah suatu system residu tereduksi modulo 6 sebab :
       (a) (1,6) = 1 dan (5,6) = 1
       (b) 5 ≡ 1 (mod 6)
2. Himpunan {17, 91} adalah suatu system residu tereduksi modulo 6 sebab :
       (a) (17,6) = 1 dan (91, 6) = 1
       (b) 91 ≡ 17 (mod 6)

Suatu system residu tereduksi modulo m dapat diperoleh dari system residu lengkap modulo m dengan membuang unsur-unsur yang tidak relative  prima  dengan m. Hal  ini dapat dilakukan karena {0, 1, 2, … , m – 1 } adalah suatu system residu yang lengkap modulo m karena  untuk  setiap y  dengan  y = 0, 1, 2, … , m – 1, ada satu dan hanya satu
x= 0, 1, 2, … , m – 1 sehingga y ≡ x(mod m) . Keadaan y ≡ x(mod m) selalu dapat terjadi  dengan memilih y = 0 dan x= 0, y = 1 dan x= 1, … , y = m – 1 dan x= m – 1 .
Karena unsur-unsur {0, 1, 2, … , m – 1} memenuhi tidak ada sepasang yang kongruen, maka setelah unsur-unsur yang tidak relative prima dengan m dibuang, yang tertinggal adalah unsur-unsur yang relative prima dengan m dan tidak ada sepasang yang kongruen.
Dengan demikian unsur-unsur yang tertinggal memenuhi definisi 3.2

Contoh 3.11
1. Himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah suatu sistem residu lengkap modulo 8.
    Unsur-unsur  A  yang   tidak   relative  prima  dengan  8   adalah  0, 2, 4, dan 6   karena
    (0,8) = 8 1, (2,8) = 2   1, (4,8) = 4 1, dan (6,8) = 2 1. Misalkan B  adalah  him-
    punan dari unsur-unsur yang tertinggal, maka B = {1, 3, 5, 7}, dan B merupakan suatu
    sistem residu tereduksi modulo 8 karena memenuhi definisi 3.2
2. Himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19} adalah
    suatu system residu lengkap modulo 20. Jika unsur-unsur A yang tidak  relative  prima
    dengan 20 dibuang, yaitu 0, 2, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 14, 15, 16, dan 18 , maka  unsur-unsur
    yang tertinggal adalah 1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, dan 19, dan B = {1, 3, 7, 9, 11, 13, 17, 19}
    merupakan suatu system residu tereduksi modulo 20.

Defini 3.4
       Ditentukan m adalah suatu bilangan bulat positif.
       Banyaknya residu di dalam suatu system residu tereduksi modulo m disebut fungsi
       -Euler dari m, dan dinyatakan dengan (m).

Contoh 3.12
(2)  = 1 , diperoleh dari unsur 1
(3)  = 2 , diperoleh dari unsur-unsur 1 dan 2
(4)  = 2 , diperoleh dari unsur-unsur 1 dan 3
(5)  = 4 , diperoleh dari unsur-unsur 1, 2, 3, dan 4
(16) = 8, diperoleh dari unsur-unsur 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, dan 15           
(27) = 18, diperoleh dari unsur-unsur 1, 2, 4, 5, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 17, 19, 20, 22, 23,
              25, dan 26
(p)  = p – 1 jika p adalah suatu bilangan prima

Perhatikan bahwa himpunan {1,2,3,4} merupakan suatu system  residu  tereduksi  modu- lo 5. Sekarang, coba Anda selidiki, jika masing-masing unsur himpunan dikalikan dikalikan dengan suatu bilangan yang relative prima dengan 5, misalnya 2, 3, atau 4, se- hingga diperoleh himpunan yang lain, maka apakah himpunan-himpunan yang lain terse- but merupakan system-sistem residu yang tereduksi modulo 5 ?
Teorema 3.7
       Ditentukan (a,m) = 1
       Jika {x, x, … , x} adalah suatu system residu modulo m yang lengkap atau  tere-
       duksi, maka {ax, ax, … , ax} juga  merupakan  suatu  system  residu  modulo  m
       yang lengkap atau tereduksi.
Bukti :
       Ditentukan bahwa  {x, x, … , x}  adalah  suatu  system  residu  modulo  m  yang 
       lengkap, maka xtidak kongruen xmodulo m jika x x. Harus dibuktikan bahwa
       axtidak kongruen axmodulo m jika i  j
       Misalkan dari unsur-unsur {ax, ax, … , ax} terdapat i  j sehingga  berlaku  hu-
       bungan ax≡ ax(mod m).
       Karena (a,m) = 1 dan ax≡ ax(mod m), maka menurut teorema 3.6 (a), dapat diten-
       tukan bahwa x≡ x(mod m), bertentangan dengan ketentuan  {x, x, … , x} me-
       rupakan suatu system residu lengkap  modulo m. Jadi tentu  ax tidak  kongruen ax
       modulo m.
       Selanjutnya buktikan jika {x, x, … , x}  adalah  suatu  system  residu  modulo m
       yang tereduksi.

Contoh 3.13
(a)    Himpunan A = {0, 1, 2, 3, 4, 5} adalah merupakan suatu system residu lengkap modulo 6. Jika masing-masing unsur A  dikalikan  dengan 5, yang mana (5,6) = 1,
dan setelah dikalikan dimasukkan sebagai unsur himpunan B, maka dapat ditentu-
kan bahwa B = {0, 5, 10, 15, 20, 25}. Himpunan B merupakan suatu system residu yang lengkap modulo 6 sebab setiap unsur B kongruen dengan satu dan ha-
nya satu y  {0, 1, 2, 3, 4, 5}, yaitu :
      0 ≡ 0 (mod 6)                        10 ≡ 4 (mod 6)                        20 ≡ 2 (mod 6)
      5 ≡ 5 (mod 6)                        15 ≡ 3 (mod 6)                        25 ≡ 1 (mod 6)
       (b) Himpunan A = {1, 5, 7, 11} adalah merupakan suatu system residu tereduksi mo-
            dulo 12. Jika masing-masing  unsur A  dikalikan  dengan 17  dengan  (17,12) = 1,
            dan setelah dikalikan dimasukkan sebagai unsur himpunan B, maka  dapat  diten-
            tukan bahwa B = {17, 85, 119, 187}. Himpunan B merupakan suatu system residu tereduksi modulo 12 sebab setiap unsur B relative prima dengan 12, dan tidak ada sepasang unsur B yang kongruen, yaitu :
                  (17,12) = (85,12) = (119,12) = (187,12) = 1

                  17 ≡ 85 (mod 12)                  17 ≡ 119 (mod 12)               17 ≡ 187 (mod 12)
                  85 ≡ 119 (mod 12)                85 ≡ 187 (mod 12)               119 ≡ 187 (mod 12)

Teorema 3.8 (Teorema Euler)
       Jika a, m  Z dan m > 0 sehingga (a,m) = 1, maka a≡ 1 (mod m)
Bukti :
      Misalkan bahwa {x, x, … , x} adalah suatu system residu tereduksi modulo m dengan unsur-unsur bilangan bulat positif kurang dari m dan relative prima dengan m, maka menurut teorema 3.7, karena (a,m) = 1, maka {ax, ax, … , ax} juga merupakan suatu system residu tereduksi modulo m. Dengan demikian, residu-residu positif terkecil dari  ax, ax, … , axadalah bilangan-bilangan bulat yang terdapat pada  x, x, … , x dengan urutan tertentu. Akibatnya kita dapat mengalikan semua suku dari masing-masing system residu tereduksi, sehingga diperoleh :
                    ax, ax, … , ax   x, x, … , x (mod m)
      Dengan demikian dapat ditentukan bahwa :
                     a x. x   x    x. x   x(mod m)
      Selanjutnya, {x, x, … , x} adalah suatu system residu tereduksi modulo m, maka   menurut  definisi 3.3, berlaku  (x, m) = 1. Berdasarkan   teorema 2.16, karena
      (x, m) = 1, yaitu (x,m) = ( x, m) =     (x, m) = 1, maka dapat ditentukan bahwa (x. x   x, m) = 1.
      Dari dua keadaan :
                     a x. x   x    x. x   x(mod m) , dan
                      (x. x   x, m) = 1
      dapat ditentukan berdasarkan teorema 3.6 (a) bahwa :
                       a≡ 1 (mod m)
Kita dapat menggunakan teorema Euler untuk mencari inversi modulo m.
Jika a dan m adalah relative prima, maka dapat ditentukan bahwa :
                         a≡ 1 (mod m) 
Dengan demikian :
                         a =  a. a ≡ 1 (mod m)      
Jadi a adalah inversi dari a modulo m.

Contoh 3.14
Carilah dua digit terakhir lambang bilangan desimal dari 23
Soal ini dapat dijawab dengan menyatakan maknanya dalam bentuk lain, yaitu sama dengan mencari x jika 23 ≡ x (mod 100). Kemudian bentuk 23 ≡ x (mod 100) dapat dipecah menjadi 23 ≡ x (mod 4) dan 23 ≡ x (mod 25).
(a) mencari x dari 23 ≡ x (mod 4).
     23 ≡ 3 (mod 4), maka 23≡ 9 (mod 4) ≡ 1 (mod 4), sehingga 23 = (23)
     Dengan demikian 23 = (23)≡ 1(mod 4), atau x ≡ 1 (mod 4)
(b) mencari x dari 23 ≡ x (mod 25)
     23 ≡ -2(mod 25), maka 23  4(mod 25), 234  16(mod 25), 238   6(mod 25),
     2316   11(mod 25), 2332  -4(mod 25), 2364 ≡ 16(mod 25), 23128 ≡ 6(mod 25), dan
     23256  11(mod 25)
     Dengan demikian 23500 = 23256.23128.2364.2332.2316.234 ≡ 11.6.16.(-4).11.16 (mod 25)
                                           ≡ (-4).6.(-4).6 (mod 25) ≡ 576 (mod 25) ≡ 1,  (mod 25), yaitu
                                       x ≡ 1 (mod 25)
Dari hasil (a) dan (b), yaitu x ≡ 1 (mod 4) dan x ≡ 1 (mod 25), maka berdasarkan pada
teorema 3.6 (b) , x ≡ 1 (mod [4,25]) x ≡ 1 (mod 100)
Jadi 23 ≡ 1 (mod 100) , berarti dua digit terakhir lambang bilangan decimal dari 23 
adalah 01.
Contoh 3.15
Tunjukkan jika (n,7) = 1, n  N, maka 7 │ n7 – n
Jawab : Karena (n,7) = 1, maka menurut teorema Euler, n ≡ 1 (mod 7).
              Selanjutnya  , sehingga diperoleh n6 ≡ 1 (mod 6) , dan sesuai dengan
              definisi 3.1, 7│ n6 – 1 , dan akibatnya, sesuai dengan teorema 2.1, 7│n( n6 – 1)
              atau 7│n7 – 1
Contoh 3.16
Jika bulan ini adalah bulan Mei, maka carilah 23943 bulan lagi adalah bulan apa
Jawab : Permasalahan ini dapat diganti dengan mencari x jika 23943 ≡ x (mod 12).
             Karena (239,12) = 1, maka menurut teorema Euler, 239≡ 1 (mod 12).
             Selanjutnya , sehingga diperoleh 2394 ≡1 (mod 12).
             23943 = (2394)10.2393 ≡ 1.2393 (mod 12) ≡ (-1)(-1)(-1) (mod 12) ≡ 11 (mod 12)
             Jadi x = 11, dengan demikian 23943 bulan lagi adalah bulan April.
Contoh 3.16
Kongruensi linier ax ≡ b (mod m) dapat diselesaikan dengan menggunakan teorema Euler sebagai berikut :
             ax ≡ b (mod m)
             a-1.ax ≡ a-1 .b (mod m)
             x ≡  a-1 .b (mod m)                      
Penyelesian 7x ≡ 3 (mod 12) adalah x ≡ 7.3 (mod 12) ≡ 74-1.3 (mod 12)                    ≡ 73.3 (mod 12) ≡ 21 (mod 12) ≡ 9 (mod 12).

Teorema 3.9. Teorema Kecil Fermat
       Jika p  adalah  suatu  bilangan  prima  dan p tidak membagi a, maka ap-1    1 (mod p)                  
Bukti :
       Karena p  adalah suatu bilangan prima  dan p  tidak  membagi a, maka  (p,a) = 1 (jika
       (p,a) 1 yaitu p dan a tidak relative  prima, maka p dan a mempunyai  factor selain 1
       dan p, bertentangan dengan sifat p sebagai bilangan prima).
       Selanjutnya, karena (p,a) = 1, maka menurut teorema 3.8, a≡ 1 (mod p).
       p adalah suatu bilangan prima, berarti dari bilangan-bilangan bulat :
               0, 1, 2, 3, … , p – 1
       yang tidak relative prima dengan p hanya 0 ≡ p (mod p), sehingga :
               {1, 2, 3, … , p – 1 }
       merupakan system residu tereduksi modulo dengan (p – 1) unsure, dengan demikian:
                 
       Karena  dan a≡ 1 (mod p),  maka a≡ 1 (mod p)
Contoh 3.17
Carilah suatu x jika 2250 ≡ x (mod 7) dan 0 ≤ x < 7
Jawab :
       Karena 7 adalah bilangan prima, (2,7) = 1, dan , maka :
               2≡ 1 (mod 7)
               26    ≡ 1 (mod 7)
               2250 = (26)41.24 ≡ 1.24 (mod 7) ≡ 16 (mod 7) ≡2 (mod 7)
       Jadi : x = 2
Contoh 3.18
Carilah satu digit terakhir lambang bilangan basis 10 dari:
(a) 2500
(b) 7175
Jawab :
       Untuk mencari digit terakhir dari lambang bilangan basis 10, permasalahan dapat
       dipandang sebagai mencari x jika y ≡ x (mod 10). Karena 2.5 = 10 dan (2,5) = 1,
       maka y ≡ x (mod 10) dapat dinyatakan sebagai :
              y ≡ x (mod 2) dan y ≡ x (mod 5)       
       (a) 2 ≡ 0 (mod 2), maka 2500 ≡ 0, 2, 4, 6, 8, … (mod 2)
            (5) = 4 dan (2,5) = 1, maka 24 ≡ 1(mod 5),  sehingga
             2500 = (24)125 . 1 (mod 5)  ≡ 1, 6, 11, 16, 21, … (mod 5)
             Dengan demikian 2500 ≡ 6 (mod 2) dan 2500 ≡ 6 (mod 5), berarti
       2500 ≡ 6 (mod 10). Satu digit terakhir lambang bilangan basis 10 dari 2500  ada-
       lah 6.
 (b) 7 ≡ 1(mod 2), maka 7175  ≡ 1, 3, 5, … (mod 2)
       (5) = 4 dan (7,5) = 1, maka 74 ≡ 1 (mod 5), sehingga 
        7175 = (74)43.73  73 (mod 5) ≡ 2.2.2 (mod 5) ≡ 8 (mod 5) ≡ 3 (mod 5)
        ≡ 3, 8, 13, 18, … (mod 5).
        Dengan demikian  7175 ≡ 3 (mod 2) dan 7175 ≡ 3 (mod 5), berarti
        7175  ≡ 3 (mod 10. Satu digit terakhir lambing bilangan basis 10 dari 7175 ada-
        lah 3. 

Teorema 3.10
       Jika (a,m) = 1, maka hubungan ax ≡ b (mod m) mempunyai selesaian
       x = a-1 .b  + tm
Bukti :
       Dari hubungan  ax ≡ b (mod m) , ruas kiri dan kanan perlu dikalikan dengan
       suatu factor sehingga koeffisien a menjadi 1. Pilihan factor adalah   a-1  
       sebab sesuai dengan teorema Euler,  a-1.a  = a ≡ 1 (mod m).
                ax ≡ b (mod m)
                a-1  .a x  ≡ a-1  . b (mod m)
                a x ≡ a-1  . b (mod m)
                x ≡ a-1  . b (mod m)
       Karena tm ≡ 0 (mod m) untuk setiap bilangan bulat t, maka :
               x ≡    a-1  . b + tm (mod m)
       Jadi x = a-1 .b + tm  adalah selesaian ax ≡ b (mod m)

Teorema 3.11. Teorema Wilson
       Jika p adalah suatu bilangan prima, maka (p – 1)! ≡ -1 (mod p)
Bukti :
       Untuk p = 2, kita dapat menentukan bahwa (p – 1)! = 1! = 1 ≡ -1 (mod 2),
       dengan demikian teorema benar untuk p = 2.
       Untuk p > 2, berdasarkan teorema 3.9 dan teorema 3.10, jika ax ≡  1 (mod p),
       dan (a,p) = 1, maka x ≡ a-1 , a dan x disebut saling inverse modulo p.
       Dengan demikian, setiap bilangan a yang memenuhi 1 ≤ a ≤  p – 1, tentu ada a*
       yang memenuhi 1 ≤ a*  p – 1, sehingga a.a* ≡ 1 (mod p).
       Perhatikan perkalian bilangan-bilangan:
                2.3. … ,(p – 3)(p – 2)
        yang dapat dipasang-pasangkan ke dalam (p – 3)/2 pasangan, masing-masing
        pasangan mempunyai hasil kali sama dengan 1 modulo p. Hal ini dapat dilaku-
        kan karena masing-masing bilangan relative prima dengan p, yaitu (a,p) = 1,
       sehingga masing-masing bilangan mempunyai inverse. Akibatnya :
                2.3. … ,(p – 3)(p – 2) ≡ 1 (mod p)
       sehingga :
                (p – 1)! = 1.2.3. … .(p – 3)(p – 2)(p – 1) ≡ 1.1.(p – 1) (mod p)
                             ≡ p – 1 (mod p)
                (p – 1)! ≡  – 1 (mod p)

Contoh 3.19
(7 – 1)! = 6! = 1.2.3.4.5.6 = 1.(2.4).(3.5).6 = 1.8.15.6 ≡ 1.1.1.6 (mod 7) ≡ – 1(mod 7)
(13 – 1)! = 12! = 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12 = 1.(2.7).(3.9).(4.10).(5.8).(6.11).12
              = 1.14.27.40.40.66.12 ≡ 1.1.1.1.1.1.12 (mod 13) ≡ – 1 (mod 13)

Teorema 3.13
       Jika n adalah suatu bilangan bulat positif sehingga (n – 1)!  ≡ – 1 (mod n),
       maka n adalah suatu bilangan prima. 
Buktikan !          
Teorema 3.12 dan teorema 3.13 memberikan petunjuk kepada kita untuk mengguna-
kan teorema-teorema itu dalam pengujian keprimaan suatu bilangan.
Contoh 3.20
(15 – 1)! = 14! = 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14 = 1.2.(15).4.6.7.8.9.10.11.12.13.14
               ≡ 0 (mod 15)
(15 – 1)! = 14! tidak kongruen dengan – 1 (mod 15), maka 15 bukan suatu bilangan
prima.


Tugas dan Latihan
Tugas
Carilah suatu buku teori bilangan yang membahas tentang Metode (p – 1) Pollard
Jelaskan Metode Pollard itu untuk apa, dan uraikan secara lengkap.
Berikan paling sedikit satu contoh penggunaan Metode (p – 1) Pollard
Latihan
1. Carilah satu contoh  system  residu  tereduksi  modulo 16  yang  mempunyai  dua
    unsure negative.
2. Jelaskan mengapa S = {-9, -33, 37, 67} bukan merupakan system residu tereduksi
    modulo 10.
3. Carilah satu contoh system residu A yang lengkap modulo 12. Tambah  setiap un-
    sur dalam system residu dengan sebarang bilangan kelipatan 12, sehingga  dipero-
    leh himpunan B. Selidiki apakah B merupakan system residu lengkap modulo 12.
4. Carilah sisanya jika 1135 dibagi 13.
5. Jika hari ini hari Rabu, maka carilah hari apa 97101 hari lagi.
6. Carilah dua digit terakhir lambang bilangan desimal dari 39125
7. Carilah suatu bilangan bulat positif terkecil x jika 61! ≡ x – 1 (mod 71)
8. Carilah suatu bilangan bulat positif terkecil x jika  7x ≡ 9 (mod 20)













Rangkuman
Secara keseluruhan, bagian-bagian utama yang perlu diperhatikan dalam Kegiatan Belajar 2 adalah Definisi dan Teorema, yaitu:
1. Definisi 3.2 tentang system residu yang lengkap modulo m
2. Definisi 3.3 tentang system residu tereduksi modulo m
3. Definisi 3.4 tentang fungsi -Euler
5. Teorema-Teorema :
    3.7. Jika (a,m) = 1 sedemikian hingga {x, x, … , x} adalah suatu system residu
           yang lengkap atau tereduksi, maka {ax, ax, … , ax}  juga  merupakan  sis-
           tem residu yang lengkap atau tereduksi modulo m.
    3.8. Teorema Euler
           Jika a, m  Z dan m > 0 sehingga (a,m) = 1, maka a≡ 1 (mod m)
    3.9. Teorema Kecil Fermat
            Jika p adalah suatu  bilangan  prima  dan p tidak membagi a, maka
            ap-1 ≡ 1 (mod p)
    3.10. Jika (a,m) = 1, maka hubungan ax ≡ b (mod m) mempunyai selesaian
             x = a-1 .b  + tm
    3.11.Teorema Wilson
            Jika p adalah suatu bilangan prima, maka (p – 1)! ≡ -1 (mod p)

Tes Formatif 2
1. Skor 10
    Carilah suatu x jika 5x ≡ 7 (mod 23)
2. Skor 10
    Tunjukkan jika n adalah suatu bilangan komposit dan n  4 , maka
    (n – 1) ! ≡ 0 (mod n)
3. Skor 10
    Tunjukkan jika p adalah suatu bilangan prima ganjil, maka
    2(p – 3)! ≡ – 1 (mod p)
4. Skor 10
    Tunjukkan jika n adalah suatu bilangan ganjil dan n tidak membagi tiga, maka
    n2 ≡ 1 (mod 24)
5. Skor 10
    Tunjukkan jika p dan q adalah bilangan-bilangan prima yang berbeda, maka
    pq-1 + qp-1 ≡ 1 (mod pq)
6. Skor 10
    Tunjukkan jika p adalah suatu bilangan prima ganjil, maka
    1232 … (p – 4)2(p – 2)2 ≡ (-1)(p+1)/2(mod p)
7. Skor 10
    Tunjukkan jika p adalah suatu bilangan prima ganjil dan p ≡ 3(mod 4), maka
    ((p – 1)/2)! ≡  1(mod p)
8. Skor 20
    Carilah bilangan-bilangan bulat positif n jika n4 + 4n adalah bilangan prima
9. Skor 10
    Tunjukkan jika p adalah suatu bilangan prima dan a adalah suatu bilangan bulat,
     maka p │ (ap + (p – 1)!a)


  











    
Daftar Kepustakaan
Niven, I., Zuckerman, H.S., & Montgomery, H.L. (1995). An Introduction to The The-
       Ory of Numbers. New York : John Wiley & Sons.
Redmond, D. (1996). Number Theory. New York : Marcel Dekker.
Rosen, K.H. (1993). Elementary Number Theory and Its Applications. Massachusetts:
       Addison-Wesley.